#1: Zhang Xiuhuan, Anak Nakal

5.8K 389 12
                                    

Zhang Xiuhuan berjalan mengelilingi Ibu Kota kerajaan menggunakan kedua kaki panjangnya yang lincah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zhang Xiuhuan berjalan mengelilingi Ibu Kota kerajaan menggunakan kedua kaki panjangnya yang lincah. Pemuda itu sama sekali tidak kelihatan kelelahan walau sudah melakukannya selama dua belas jam tanpa beristirahat. Dia tidak hanya berjalan dengan santai, namun sesekali berlari, melompat, serta memanjat dan menabrak sesuatu ketika di kejar oleh beberapa pegawai keamanan Kerajaan akibat ketahuan mencuri beberapa peralatan berlatih di gedung pertahanan. Ini bukan pertama kalinya, seluruh Pamannya bahkan mengetahui hal itu, namun Zhang belum pernah mendapatkan hukumannya jika tertangkap.

Paman Ping sudah menyerah terhadap kenakalan Zhang. Dia bahkan secara sukarela pernah menyerahkan keponakannya itu kepada beberapa pegawai keamanan yang sedang berjaga di pos peratahan, namun bukannya mendekam di dalam tahanan agar Zhang mendapatkan pelajaran, pemuda itu justru membuat para pegawai harus beristirahat selama dua minggu di rumah.

"Lepaskan! Lepaskan aku!" Zhang diseret oleh ketiga Pamannya yang sedang melakukan diskusi di ruang sidang Kerajaan. Pemuda itu sama sekali tidak merasa bersalah dan justru menunjukkan ekspresi ketidak adilan pada raut wajahnya. Tidak cukup sampai disana, Zhang bahkan berusaha untuk kembali menerobos masuk setelah tubuh rampingnya dilempar keluar dari pintu masuk dengan kasar.

"Paman! Ini tidak adil! Dengarkan aku lebih dulu!" Zhang kembali membuat keributan di dalam ruangan yang sama. Jika Zhang diusir sekali lagi, maka pemuda itu akan kembali menerobos masuk ke dalam dengan sangat mudah. Dan itu berarti menambah jumlah pegawai yang absen karena tidak mampu menahan pukulan keras Zhang.

Ketiga Pamannya mendesah penuh keputus asaan, beberapa ada yang memijat kening, sedangkan sisanya melepaskan senjata yang merekat di pinggang kemudian menaruhnya di atas meja yang penuhi oleh banyak gulungan kayu berisi dokumen penting. "Apa lagi kali ini? Apa kau ingin menyiksa kami dengan kenakalanmu? Sekarang katakan yang kau inginkan, lalu pergilah secepat mungkin dari sini!"

Zhang tersenyum penuh kemenagan. "Aku tidak ingin bekerja sebagai pengawas rendahan di Kerajaan! Aku ingin menjadi seperti kalian dan duduk di salah satu kursi yang kosong disana!" Zhang menunjuk kearah kursi yang biasa di duduki oleh Penguasa Kerajaan; Raja. Bukan berarti Zhang memiliki niat untuk melakukan pemberontakan, namun karena pemuda itu belum pernah melihat siapapun menduduki tempat itu setiap kali dirinya berkunjung.

"Baiklah! Baiklah!" Paman Qibo yang biasanya selalu diam dan hanya bersandar pada kursi kayu di belakang punggungnya kini angkat suara. Perintah untuk selalu memanjakan Zhang memang idenya sejak pemuda itu berusia enam tahun, tapi siapa sangka, Zhang yang terus tubuh tidak tahu cara berterimakasih dan justru merepotkan usia tuanya. "Kau ingin menjadi seperti kami? Aku akan segera mewujudkan keinginanmu! Sekarang pulanglah ke rumah Paman Ping dan nikmati makan siangmu dengan nikmat hingga surat pemberitahuan diantar bersama stempel Raja."

Mendengar perkataan Paman Qibo membuat Zhang melompat riang. "Aku akan menunggunya! Pastikan bahwa Paman tidak berbohong atau aku akan datang kembali ke tempat ini besok!"

Paman Qibo membuat gerakan tangan mengusir kearah Zhang. "Kau berbicara seolah-olah pernah tidak menginjakkan kaki di tempat ini dalam sehari!" dia menyindir pemuda itu setelah mengiat saat-saat memusingkan selama tiga ratus enam puluh hari dalam setahun; yang artinya, Zhang tidak pernah absen untuk mengunjungi tempat itu sejak usianya menginjak angka sepuluh.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengunjungi kalian lagi besok!"

"PERGILAH SECEPAT MUNGKIN!" usir ketiga Pamannya secara bersamaan dengan nada suara yang tinggi. Namun bukannya merasa tersinggung, Zhang justru tertawa lepas melihat tanggapan negatif dari Pamannya yang semakin tua.

"Baiklah, aku pergi." Zhang segera membalikkan tubuhnya dengan cara berputar, kemudian berlari melewati pintu ruangan dan gerbang masuk dengan langkah kaki yang terburu-buru. Tangan Zhang tidak kosong seperti saat kedatangannya, dia membawa dua pedang berharga milik Pamannya tanpa permsi untuk dijual ke pasar dengan harga yang fantastis.

*****

ROYAL SECRETS【M-PREG】/【COMPLETE】【BUKAN NOVEL TERJEMAHAN】Where stories live. Discover now