#5: Bebasnya Jiayi

2.4K 246 3
                                    

"Karena ini hari terakhirmu untuk hidup! Katakan, apa permintaanmu sebelum waku kematian tiba?" ucap Paman Wen yang bertugas memindahan tahanan dengan kejahatan berat menuju tempat eksekusi Kerajaan. Ekspresi Paman Wen tidak pernah berhenti untuk tersenyum ketika mengatakan sesuatu karena garis mata yang sangat tipis dan bentuk bibir yang lurus, dan sekeras apapun usahanya agar terlihat menyeramkan, itu semua tidak akan pernah bisa terwujud.

Namun tahanan di depannya sama sekali tidak peduli dengan penampilan Paman Wen. Dia terus melihat kearah jam pasir yang di letakkan di atas meja, kemudian kearah drum kayu berisi air yang ada di ujung ruangan. "Air!"

Paman Wen melihat kearah air yang tahanan itu minta, namun bukannya memberikan air, Paman Wen justru menumpahkan beberapa gayung air kearah sol sepatunya. "Mintalah pada Dewa! Karena kami tidak menyediakan air untuk seorang Pemberontak sepertimu!"

Tahanan itu melihat kearah genangan air yang berada di bawah kaki Paman Wen, kemudian melihat lurus kearah Paman Wen tanpa ekspresi apapun. Dia sama sekali tidak mengumpat, namun Paman Wen memaksanya untuk kembali berusaha bangkit dari dendam yang sedikit mereda dengan kata-kata yang tajam, "Menuntut keadilan? Setelah pihak Kerajaan memberikan pengampunan pada Ayahmu yang sudah mati, seharusnya kau berterimakasih dan tidak membahas hal-hal yang tidak masuk akal masuk ke dalam! Tidakkah kau menyesalinya?"

"Berbicara tentang kematian anakmu? Sejak kapan Kerajaan memiliki penerus dari seorang Pemberontak! Dan lagi, kau itu laki-laki! Tidakkah ada perasaan malu untuk menuduh keluarga Kerajaan tidak memiliki moral dan anak imaginasimu?"

"Jika aku menjadi Raja, aku akan melakukan hal yang sama! Aku akan membunuh an-" kata-kata terakhir Paman Wen mendapatkan tantangan keras dari Paman Qibo yang baru memasuki ruangan penahanan bawah tanah. Dan sebagai seorang Adik laki-laki yang patuh, Paman Wen segera menutup kedua bibirnya rapat. Terkadang, menjadi seorang ketua eksekusi membuatnya lebih kejam sebelum menyadari apa yang telah keluar dari mulut dan dilakukan kedua tangan itu.

"Waktumu hanya tersisa lima jam lagi, teruslah berdoa!" setelah mengingatkan waktu pada Paman Wen dan juga Pemberontak Kerajaan yang saat ini dalam kondisi memperihatinkan –kedua dua tangan diikat keatas, membuatnya tergantung dan tidak menyentuh tanah dengan berbagai luka penyiksaan yang belum kunjung sembuh– Paman Qibo segera meninggalkan ruangan lembab itu menuju permukaan. Dia tidak seharusnya datang ke tempat itu, namun sembari melihat Zhang memenuhi kewajibannya sebagai seorang Pengawas, Paman Qibo berpikir untuk singgah sebentar; atau sekedar memberikan salam perpisahan pada seorang Pemberontak legendaris.

"Air!" Pemberontak itu kembali mengeluarkan suaranya. "Berikan aku air!"

Paman Wen mendengus setelah mendengarnya. "Mintalah pada keluarga Kerajaan yang telah kau permalukan dan ingin kau hancurkan! Jika Raja memberikanmu kebaikan hatinya, dia tidak hanya akan memberimu beberapa teguk air, tetapi juga akan memandikan air di sekujur tubuhmu!"

Pemberontak itu terkekeh mendengarnya. "Bahkan ketika aku tidak meminta apapun, Penguasa Kerajaan yang selalu kalian banggakan itu tetap memberikan kejutan padaku! Benar-benar mengesalkan sampai aku ingin membunuhnya!"

Paman Wen mengeratkan salah satu tangannya menyerupai gumpalan batu, kemudian tanpa berpikir segera meraih besi panas di sebelah meja kecil tempat meletakkan jam pasir. Kesetiaannya pada pihak Kerajaan bukan sebuah permainan, oleh karena itu, ketika mendengar keluarga Kerajaan dihina, Paman Wen tidak hanya akan diam dan ikut tertawa. "Jika kau tidak dieksekusi hari ini, aku pasti akan menyiksamu lebih lama!"

Pemberontak itu menggeram saat besi panas membakar kulit di dada kananya. Dan walaupun dia diperbolehkan untuk berteriak sekeras mungkin di ruangan penyiksaan, Pemberontak –Jiayi– tetap berusaha untuk menahan suaranya dengan cara menggigit bibir bagian bawah sekeras mungkin hingga terluka. Rasa sakit itu bukan sebuah candaan, terutama ketika Paman Wen mengarahkan besi panasnya pada luka tusukan yang terinfeksi.

ROYAL SECRETS【M-PREG】/【COMPLETE】【BUKAN NOVEL TERJEMAHAN】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang