#29: Yang Dilupakan dengan Mudah

1.7K 174 0
                                    

Diwei memeluk tubuh Zhang dengan sangat erat. Dia menangis di sana tanpa sedikitpun menunjukkan perasaan malu. Perasaan rindu setelah lima belas tahun berpisah, kini menjadi perasaan bersalah ketika tahu dirinya hampir membunuh pemuda itu di awal pertemuan mereka. "Shu.."

Shu yang sudah menginjak usia satu tahun kini lebih sering tersenyum dan tertawa. Tidak seperti dirinya ketika masih dalam hitungan bulan, bayi Shu sangat suka menangis dan membuat Jiayi merasa cemas, panik, sekaligus sedih dalam waktu yang bersamaan. Kasihan, tetapi ketika melihat Jiayi menunjukkan ekspresi aneh menggunakan wajah manis dan teduhnya, Diwei menyukai hal itu dalam artian jahil.

Ketika Jiayi sedang sibuk mengurusi kelompoknya, maka Diwei bertugas untuk menjaga Shu kecil agar tetap tertawa dan tidak menangis. Dan ketika Shu kecil hampir menangis, Diwei akan menari di hadapan Shu kecil menggunakan pedang tajamnya. Diwei tidak pernah tahu sejak kapan semua ini dimulai, namun ketika dirinya berlatih dengan pedang seorang diri atau bersama dengan Jiayi, maka Shu kecil sangat suka memperhatikannya dan mendengarkan setiap suara hentaman pedang yang saling beradu. Shu akan menjadi seorang anak yang ahli pedang di masa depan.

Suatu hari, ketika Shu kecil telah menginjak usia dua tahun. Shu kecil yang ingin bermain berlari kearah Diwei yang tengah membelah kayu bakar menggunakan sebilah pedang tumpul. Diwei tidak benar-benar mengerjakan hal itu, dia hanya berniat mengasah ilmu berpedangnya. Namun sayang, ketika pedang tumpul menyentuh kayu bakar ke-enam, pedang itu justru patah menjaadi dua bagian dan terbang kearah Shu kecil.

Diwei yang baru menyadari keberadaan Shu kecil berusaha untuk menangkap patahan pedang tersebut, namun gagal, patahan pedang itu sudah lebih dulu menggores lengan kanan Shu. Goresan itu seharusnya tidak dalam dan berbahaya, tetapi dikarenakan Shu tidak memakai baju berlengan, goresan pedang melukai kulit susu Shu kecil hingga robek dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Jiayi yang luput mengawasi Shu kecil segera berlari kearah Diwei dan Shu kecil. Dia terlihat sangat panik dan hampir menangis. Namun dengan keahlian pengobatan yang sempat Diwei dapatkan dari tabib yang pernah Paman Qibo bawa, dengan mudah luka Shu kecil dapat ditangani olehnya.

Shu kecil tidak menangis. Dia hanya diam menyaksikan setiap tindakan yang Diwei lakukan terhadap lengan kanannya yang terluka. Jika saja ekspresi Diwei dan Jiayi tidak terlihat sedih, mungkin hingga akhir Shu kecil akan mempertahankan tatapan polosnya. "HUAAAA!!"

Melihat Shu kecil yang mulai menangis dengan keras, Diwei menjadi semakin merasa bersalah. Dia berulang kali meminta maaf kepada Jiayi, kemudian memeluk tubuh Shu kecil dengan erat seperti tidak ingin melepaskannya hingga akhir. Ketika dagu berbulu Diwei menyentuh leher sensitif Shu kecil, secara tiba-tiba shu kecil tertawa di sela tangisannya. Merasa aneh, Diwei mulai melapas pelukannya.

"Apa kau melakukan sesuatu?" tanya Diwei kepada Jiayi dengan ekspresi bingung. Namun belum sempat Jiayi menjawab pertanyaan itu, Shu kecil sudah lebih dulu meyentuh dagu berbulu tipis milik Diwei menggunakan kedua tangan. Menyadari penyebab tawa Shu kecil, Jiayi dan Diwei yang sebelumnya terlihat sedih kini ikut tertawa bersama dengan keras.

"Shu," panggil Diwei ketika mengulangi gerakan dagunya di leher kanan Shu kecil. "Tanda lahirmu sangat lucu.." Diwei secara tidak sengaja melihat tanda lahir Shu kecil yang menyerupai bunga sakura yang berwarna merah.

Jiayi yang sudah lebih dulu mengetahui hal tersebut tersenyum, kemudian mencium pipi Shu kecil. "Sangat mirip dengan tanda lahir yang ada di belakang punggungku."

Mendengar nama kecilnaya dipanggil oleh Diwei, Zhang tersenyum dengan kedua mata yang berkaca seperti akan menangis. "Janggut tipismu, kau membuatku ingin tertawa Paman."

ROYAL SECRETS【M-PREG】/【COMPLETE】【BUKAN NOVEL TERJEMAHAN】Where stories live. Discover now