ay2 - filter jaipur

1.5K 81 0
                                    

Ayang ini orangnya emang rada sombong kalau sama cowok. Judes. Ketus. Sengak banget deh gayanya. Jual mahal, tapi emang mahal sih. Kalo gak suka, gak lanjut. Padahal kalau sama yang lain enggak. Sama temen-temennya apalagi. Sombongnya bercanda wkwkwk

"Terus lo gak mau lanjut nih sama Afri?" tanya Galih pada Ayang.

"Gakk!" jawab Ayang ketus.

"Padahal Afri suka banget sama lo, Yang. Suka banget dia stalkerin lo di IG."

"Yaudah, nanti dia gue blokir aja."

"Kurang apa sih Afri, Yang??"

"Kurang ganteng. Lo 'kan tau kriteria cowok gue kayak gimana!"

Ayang emang kalo urusan cowok pemilih banget. Harus sesuai sama kriterianya dia. Ganteng, kaya raya a.k.a anak sultan, perhatian, memanjakan Ayang banget deh kayak pangeran-pangeran Disney. Tapi gak sulit sih sebenernya untuk Ayang mendapatkan Prince Charming-nya itu. Wong, Ayang juga cantik, pinter dan keturunan anak sultan alias emang dari nenek moyangnya tajir. Makanya nama doi Rahayang. Maksudnya Khaya Rahayang.

Setelah itu Galih pergi. Ayang langsung diserbu pertanyaan sama teman-temannya.

"Lo udah ketemuan sama cowok yang kemaren nanyain lo, Yang?" Ayang menganggukan kepala. "Cakep?"

"Cakep kalo pake filter Jaipur."

Hera langsung ngakak tapi kesindir juga. Pasalnya dia juga merasa cakep banget kalo pake filter walaupun bukan Jaipur. "Yah, Gue juga cakep kalo pake filter, Yang."

Ayang mem-pukpuk Hera. "Tapi gue kan gak lagi ngatain lo beb."

"Terus teruss??"

"Ya, gak terus. Udah, gue gak mau ngelanjutin aja."

"Emang namanya siapa? anak kampus kita?"

"Namanya Afri. Lupa gue, fakultas mana."

"Lo gak sukanya cuma karna dia gak ganteng??" tanya Hera.

"Iya. Hm, kayaknya dia fotogenic deh. Kalo di foto cakep gitu, tapi aslinya..." Ayang melirik teman-temannya. "Dan juga karna matanya jelalatan sih. Lagi ngobrol sama gue tapi matanya muter kemana-mana. Ke cewek cantik yang kebetulan lewat, ke Body gue lah, atau bentar-bentar main hape. First impression gue buruk deh ke dia."

Desi dan Hera mengangguk-angguk. Mereka berdua lumayan sering dengar alesan Ayang menolak cowok-cowok yang mendekatinya. Selain faktor utamanya gak memenuhi kriteria yang Ayang 'inginkan' juga karena faktor lainnya. Yaa, kayak gini misalnya.

"Btw, Ayung kemana? Gak masuk?"

"Kesiangan. Tapi nanti kelas siang dia masuk." jawab Desi. "Btw, gue mau nemenin Fadil makan dulu yaa. Tu anak dari kemaren mau makan Warkun gak jadi-jadi."

"Yaudah lo ikut gue aja ketemu sama Pak Ardi, Yang." ajak Hera. "Mau protes gue. Masa absen gue berkurang, padahal gue masuk terus."

"Gak deh. Males. Lo sendiri aja yaa, Ra."

"Lo disini sendirian gak apa?"

"Iyaa." kata Ayang.

Lalu Desi dan Hera pergi meninggalkan Ayang sendirian di kantin. Karna Ayang udah PW banget, posisi wueenaak, jadi dia males buat pergi dari kantin. Padahal ni kantin lumayan engap sama bikin orang nyesek sih. Ngebul banget woy!

Ayang mengeluarkan buku sketsa dan kotak pensil dari dalam tasnya. Ayang suka banget gambar. Gambar apa aja. Gak bagus-bagus amat sih gambarnya, tapi yaa lumayan.

Kali ini Ayang sepertinya ingin desaign baju. Dari kemarin, hobinya scroll Pinterest. Disana Ayang banyak banget menemukan model dress yang baguuuuussss banget.

Baru menggambar pola, Ayang berhenti. Dia keluarkan Headset dari dalam tas dan menyambungkan ke ponselnya. Lengkap dunia Ayang.

-ayang&ayung-

"Kosong, Mba?" tanya seorang cowok menunjuk tempat duduk di sebelah Ayang.

Ayang melepas satu headsetnya. "Iya."

"Saya duduk disini ya. Kantin lagi penuh." Ayang memandang ke seluruh penjuru kantin. Emang rame sih. Wajar, jam makan siang.

"Iya, duduk aja."

Lalu Ayang memasang headset yang tadi dia lepas. Melanjutkan gambar sambil dengerin musik lagi.

Dress-nya jadi. Ayang mengeluarkan satu kotak pensil lagi dari dalam tasnya. Kotak pensil ini lebih besar ukurannya, karna isinya pensil warna. Ayang mengambil warna ungu untuk warna dasar.

Saat kupingnya mulai sakit, Ayang melepas headsetnya. Ayang menaruh pensil berwarna ungu tersebut. Lalu kebingungan mau dikasih warna apa lagi dress-nya. 

"Untuk bunga-bunganya di mix aja warnanya. Hitam sama abu-abu." kata cowok yang duduk disebelahnya. Ayang menengok. "Kalo menurut saya, bunga-bunganya lebih cantik kalo di tambah payet yang kecil-kecil. Jadi, kalau di pake untuk acara malam lebih bagus dan elegan."

Kening Ayang mengkerut. Satu alisnya terangkat. Menatap heran cowok yang duduk disebelahnya. "Masnya des..."

"Oh, bukan. Kebetulan ibu saya buka toko jahit di rumah. Suka dapet pesanan buat baju. Jadi saya tau." jelas cowok itu.

Ayang menjawabnya dengan gumaman. Ponsel Ayang berdering. Ayung nelfon.

"Kenapa, Yung? Gue di kantin. Sinii. Sendirian nih gue. Desi sama Fadil lagi makan di luar. Hera lagi ke Pak Ardi. Oke, gue tunggu yaa." lalu Ayang memasukan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Kamu mahasiswa sini?" tanya cowok itu lagi.

"Menurut nganaaa???"

Cowok itu tersenyum. Tak lama, Ayung datang. "Kesiangan?"

"Iya. Gue abis ngabisin drakor sampe jam dua pagi."

"Bela-belain banget sih. Udah tau masuk pagi besoknya."

Ayung hanya ketawa-tawa. "Lo gak pesen apa gitu, Yang??"

"Beli pop es di depan aja yuk, Yang."

"Yung, kelas siang cabut aja yuk. Gue mager deh."

"Bilang dong kalo mau cabut! Tau gitu gue 'kan gak perlu ke kampusss!!" omel Ayung. "Gak ah. Udah kita masuk aja."

Ayang mengerucutkan bibirnya. Tumben, Ayung diajak cabut gak mau..

-ayang&ayung-

FALL IN LOVE THROUGH THE CODE Where stories live. Discover now