ay8 - di follback dapet nomor WA

606 53 0
                                    

Gara-gara Ken kemarin ngomongin Ayung. Malam ini, Rega jadi stalking instagram Ayung. Ternyata beberapa kali Ayung posting foto bersama Kasih. Bahkan Ayung membuatkan highlights khusus untuk Kasih.

Gak cuma stalking, Rega juga jadi kepikiran Ayung terus. Seperti;

Kasih seneng gak ya punya Mama kayak Ayung?
Ayung mau gak yaa jadi istrinya dan Mama untuk Kasih?
Gimana yaa reaksi Ayung kalau dia mendekati gadis itu?
Bapak sama Ibu apa benar-benar rela menikahkan anak gadis satu-satunya dengan duda satu anak sepertinya?
Ayung beneran gak punya pacar? kemarin yang ngater siapa ya kira-kira? apa itu gebetannya?

Baru mikirinnya aja Rega agak pesimis. Padahal belum direncanain apalagi dilaksanakan.

Rega menyimpan ponselnya dan masuk ke dalam kamar. Kasih sudah tertidur pulas di atas kasur. Rega merebahkan diri di samping Kasih. Tangannya terulur mengelus pipi Kasih.

"Kasih, kalau Papa menikah lagi gimana?"

-ayang&ayung-

Erna masuk ke kamar Ersa dengan panik. Ersa yang tadinya lagi rebahan langsung bangun melihat Ibunya seperti ketakutan.

"Ada apa, Bu?"

"Aduh, Sa, gimana yaa..."

"Gimana apanya, Bu? Ibu tenang dulu yaa.." Kalem Ersa. "Ibu kenapa?"

Erna menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan. Merasa sudah tenang, Erna mengeluarkan kertas yang menjadi sumber kepanikannya.

Ersa ikut terkejut. Matanya melebar. Dia kenal dengan gambar ini. Gambarnya Ayang. Desain bajunya Ayang.

"Tadi gambarnya kena tumpahan teh waktu Ibu lagi jahit, Sa. Gimana ya?" tangan Erna bergetar. Melihatnya Ersa tak kuasa. Pasti Ibunya ketakutan sekali. Ersa menggenggam tangan Erna sebagai bentuk penenang.

"Bilang ke Mbak Ayangnya gimana yaa, Sa? Pasti Mbak Ayang marah banget gambarnya dirusakin sama Ibu."

"Ibu tenang dulu yaa.." Ersa mengusap punggung Ibunya.

"Ibu gak bisa tenang, Sa." dengus Ibunya. "Yaa ampun, Ibu teledor banget sih."

Ersa memeluk Ibunya. Kemudian Ibunya menangis. Ibunya memang begitu, akhirnya akan menangis saking paniknya. Saking ketakutannya.

"Ibu tenang yaa. Nanti Ersa coba yang ngomong sama Ayang yaa."

Erna langsung melepaskan pelukan Ersa. "Jangan, Sa. Nanti malah kamu yang diomelin. Biar Ibu aja yang bilang sama Mbak Ayang. Biar Ibu yang diomelin kalau dia marah."

Ah, Ibunya ini selalu bisa membuat Ersa malu sendiri. Iya, malu. Karna kadang Ersa masih suka menghindar dan terlalu takut untuk mengakui kesalahannya.

Kemudian Ersa mengantar Ibunya ke kamar untuk istirahat. Setelahnya, Ersa duduk di depan ruang tivi. Inginnya Ersa bilang lebih dulu ke Ayang. Minta maaf dan berkompromi agar Ayang memaafkan Ibunya tanpa perlu marah-marah. Kalau mau marah-marah ke Ersa aja. Ersa rela. Dia yang tidak rela jika Ibunya dimarahin sama orang.

Tapi bagaimana bilangnya sama Ayang? Punya nomornya aja enggak! Minta ke Tante Fia juga gak mungkin, udah malem pula. Dan sialnya, Pak Ricko belum mengabari kalau besok beliau bisa mengajar atau tidak. Kalau Pak Ricko besok memintanya untuk menggantikannya lagi, lumayan ada satu jalan.

Ersa mencengkram rambutnya. Pusing sendiri. "Ayo, Sa.. lo harus mikir cepeett!!!"

Ponselnya berdering. Telfon dari Pak Ricko. Beliau bilang kalau besok Ersa ke kantor saja. Artinya, besok Pak Ricko bisa mengajar. Ersa memang bekerja di bawah kepemimpinan Pak Ricko. Yah...

FALL IN LOVE THROUGH THE CODE Where stories live. Discover now