Lima

35.7K 4.5K 178
                                    

Febe mengkhawatirkan ibunya. Meski Rosita tidak pernah pingsan lagi, dan dokter memastikan tidak ada hal yang perlu dicemaskan, tetap tidak membuatnya merasa lega. Ibunya adalah perempuan yang pintar menyembunyikan gejolak emosinya. Padahal, pasti tak terkatakan kegundahan yang sedang menghantam Rosita saat ini. Putri kesayangannya melakukan tindakan tak terkontrol yang memalukan.

Yang membuat Febe merasa pedih, ibunya tak berdaya membela diri di depan keluarga Kennan. Memang, tidak ada yang menyalahkan Rosita terang-terangan. Akan tetapi, semua yang hadir di ruang tamu ketika Kennan dan kedua orangtuanya datang, bisa mendengar kata-kata Lydia yang tajam dan bernada menyudutkan.

Sebenarnya, Febe ingin bicara atas nama ibunya, tapi Rosita tak mengizinkan. Begitu Kennan mengabari bahwa pria itu akan datang bersama Lydia dan Hisham, Rosita langsung mewanti-wanti Febe agar menutup mulut.

"Kamu nggak usah ngomong apa-apa kecuali memang penting banget. Ibu nggak perlu dibelain. Memang kita yang salah."

"Bukan kita, tapi Irina," ralat Febe.

"Iya, tapi karena Ibu udah gagal mendidik adikmu."

Febe tidak sepenuhnya setuju. Namun, membantah pun tidak ada gunanya. Irina sudah telanjur tumbuh sebagai orang yang tak keberatan membuat banyak masalah menyusahkan.

Setelah keluarga Kennan pulang, ibunya malah menunjukkan semangat karena ide perjodohan yang dicetuskan Hisham. Kali ini, Febe mencoba menyabarkan diri. Meski sesungguhnya dia lelah fisik dan mental karena apa yang dilakukan Irina. Seharian dia harus berkeliling Bogor demi menemukan sang adik. Mendatangi hotel tempat Irina bekerja, Empire Hotel, dan mengunjungi rumah beberapa teman adiknya yang diketahui Febe. Juga menelepon Irina dan meninggalkan ratusan pesan yang entah kapan dibaca. Belum lagi membayangkan impak dari keputusan Irina bagi keluarga mereka dan juga pihak Kennan.

Selama berhari-hari setelahnya, Febe setengah lega karena tidak ada kabar dari Kennan. Namun di sisi lain, ada kecemasan yang terus menggeliat. Semua ini mirip bom waktu. Kecuali Irina pulang dan melanjutkan rencana pernikahan, masalah besar tetap mengintai.

Ketika hari resepsi tiba, entah dibatalkan karena mempelai wanitanya kabur atau tempat Irina digantikan orang lain, mereka akan tetap menjadi gunjingan dari para undangan karena sudah membuat skandal. Setelahnya, cemoohan akan mencuat, dibubuhi berbagai ornamen sehingga segalanya menjadi lebih menarik. Imajinasi para penggosip jangan dianggap sepele.

Setelah semua upayanya untuk menemukan Irina tidak mendapat hasil positif, Febe memilih untuk berkonsentrasi pada pekerjaan dan kesehatan ibunya. Hampir setiap hari dia mendatangi dokter yang tinggal di sebelah rumahnya, Benigno, untuk memeriksa Rosita. Untungnya Benigno menurut, seolah paham ada masalah serius yang sedang dihadapi Rosita dan Febe. Padahal, dokter itu pernah bilang berkali-kali bahwa kecemasan Febe sudah berada dalam tingkat mengerikan.

Febe juga tetap menjalani rutinitas menjadi instruktur untuk para kliennya. Setahun terakhir, dia hanya bersedia melatih dua kelas dalam waktu bersamaan. Perempuan itu menamainya dengan Mempelai dan Pengantin. Tiap kelas memiliki jadwal olahraga tiga kali seminggu, semuanya di sore hari. Jadi, Febe rutin menjadi pelatih setiap hari, kecuali Minggu.

Kelas baru Mempelai akan dimulai lusa. Sudah ada lima belas orang yang siap bergabung, jumlah maksimal yang ditetapkan sang instruktur. Total ada 27 orang yang mendaftar tapi Febe terpaksa menolak hampir sebagian. Satu kelas dengan terlalu banyak peserta membuatnya kesulitan berkonsentrasi.

Hari ini, Febe bersiap memulai kelas Pengantin. Semua kliennya sudah hadir tepat waktu. Setiap orang mengambil handuk kecil dan air mineral yang sudah disiapkan. Lalu menempati matras yang sudah digelar. Tak lama kemudian, Febe mulai melakukan pemanasan, diikuti oleh seluruh peserta.

Despacito [Terbit 28 Oktober 2020]Where stories live. Discover now