Tujuh Belas

32.8K 4.5K 92
                                    

Kennan ternyata pria yang mengejutkan. Nyaris semua penilaian Febe yang tertanam di kepalanya tentang Kennan, keliru. Misalnya saja, laki-laki itu sama sekali tidak masuk ke dalam kategori pendiam. Siapa sangka jika Kennan adalah lelaki ceriwis yang mengesalkan sekaligus lucu? Seolah salah satu tujuan hidupnya adalah menggoda Febe.

Mana ada orang yang merekomendasikan istrinya untuk melempar pria yang mencoba menggoda Febe dengan botol air mineral kosong? Setahu Febe, lelaki lain akan meminta istrinya untuk mengabaikan gangguan semacam itu. Atau langsung memperingatkan si pria penggoda. Namun Kennan tampaknya memiliki gaya sendiri.

Minggu-minggu pertama mereka berumah tangga, semua berjalan cukup lancar. Mengingat bagaimana mereka dipaksa oleh keadaan untuk menjadi suami istri, hal itu menjadi hasil yang cukup menakjubkan. Kennan tidak memiliki kebiasaan aneh yang membuat dirinya tak nyaman. Febe hanya harus terbiasa menghadapi Kennan yang usil dan bisa memelintir kata-katanya dengan lihai. Juga... hmmm... dipeluk sepanjang malam dengan alasan tak ingin Febe terjatuh ke lantai.

Salahkan Febe yang akhirnya malah tidak benar-benar berniat membeli ranjang baru. Kennan memang melarang, tapi dengan gaya sambil lalu. Andai Febe tetap bersikeras pun, dia yakin lelaki itu tidak akan keberatan. Namun, entahlah. Seolah ada yang menahannya. Ranjang yang lebih besar bukan lagi hal penting.

Febe kadang curiga, dia makin merasa nyaman berada di dekat Kennan. Seolah memang begitulah semestinya. Namun, bukankah itu hal yang wajar? Sebab, sekarang mereka adalah suami istri, tidak ada cara untuk mengubah itu. Kennan dan Febe sama-sama tahu, walau tak ada yang melisankannya dengan suara kencang, tinggal tunggu waktu sebelum mereka menyempurnakan pernikahan itu.

Yang membuat Febe agak terganggu cuma satu. Ketika berada di tengah keluarga suaminya. Koreksi, jika berada di dekat Lydia. Perempuan yang sekarang sudah tampak fit lagi itu, tak banyak berkomentar. Namun, tatapannya membuat Febe merasa seakan sedang dikuliti.

Namun dia terhibur karena ayah mertua dan kedua iparnya menyambut Febe dengan sikap hangat yang kadang membuat terharu. Dia tak pernah mengenal saudara selain Irina, yang sangat keberatan bersikap manis pada Febe kecuali di masa kecil mereka. Kini, dia mendapat dua saudara ipar yang ramah dan berkali-kali berterima kasih karena Febe bersedia menikahi Kennan.

Selain itu, keberadaan Savina yang mengekori Febe ke mana-mana pun menjadi pengalih perhatian yang ampuh. Bahkan makan pun inginnya disuapi oleh tante barunya. Gadis cilik itu menyibukkan Febe hingga dia tak sempat merasa canggung di bawah tatapan menghunjam milik Lydia.

Kennan yang ternyata jauh lebih pengertian dibanding perkiraan Febe, memutuskan bahwa mereka tak perlu terlalu sering mengunjungi rumah keluarganya. Jadi, Febe pun tak perlu tersiksa karena seolah sedang menduduki paku tiap kali berada di depan Lydia.

Dua minggu setelah pernikahannya, Febe mulai menyibukkan diri untuk mempersiapkan liburan ke Santorini. Masalah visa sudah tuntas. Akomodasi dan tiket pesawat malah sudah dibereskan jauh-jauh hari. Vakansi ini sudah dinantikan Febe sejak lama. Dia sudah menyusun rencana untuk menghabiskan waktu di Santorini sejak tahun lalu. Dan menyeriusinya mulai setengah tahun silam. Tidak ada kendala apa pun karena Rosita memberikan izin tanpa bertele-tele.

Namun, kini justru Febe yang merasa tidak nyaman. Bukan karena mencemaskan ibunya. Sebab, dia yakin Dila bisa mengurus Rosita selama Febe tidak berada di rumah. Sumber kekhawatirannya adalah Kennan. Lebih tepatnya, perasaan tak enak.

"Kamu beneran nggak apa-apa kalau kutinggal ke Santorini?" tanya Febe, dua hari sebelum keberangkatannya. Kennan sudah berbaring di ranjang sambil menggulir ponselnya sementara sang istri baru saja masuk ke kamar. Tatapan Febe sempat singgah pada koper berisi keperluannya selama bepergian.

Despacito [Terbit 28 Oktober 2020]Where stories live. Discover now