Delapan Belas

33.5K 4.7K 226
                                    

Menduga-duga sesuatu yang belum terjadi terkadang memang membuat lelah dan menguras emosi. Kennan melakukan itu di hari-hari menjelang pernikahannya dengan Febe. Kepalanya sibuk membayangkan adegan yang akan melibatkan dirinya dengan perempuan itu setelah mereka menikah nanti.

Febe yang kaku dan irit bicara. Pelit senyum juga. Tidak menonjol secara fisik. Dan setumpuk kekurangan lain. Kennan membayangkan gersang dan sepinya kehidupan pernikahannya bersama perempuan itu. Meski di malam mereka setuju untuk menikah hingga aktivitas mencari pakaian pengantin keesokan harinya mulai membuka sisi unik perempuan itu. Namun, Kennan tak yakin jika Febe akan menjadi pasangan yang membuatnya bahagia.

Mereka memang baru menikah dua minggu lebih. Akan tetapi, kecemasan Kennan tidak terbukti. Semua dugaan buruknya rontok satu per satu. Memang, mereka masih sangat jauh dari kata 'bahagia'. Meski begitu, Kennan optimis dirinya dan Febe akan baik-baik saja. Karena tanpa terduga mereka memiliki sisi yang klop. Febe tak sekaku bayangannya. Perempuan itu memang suka mengomel dan galak, tapi dalam versi lucu.

Siapa sangka jika Febe bisa mereduksi badai dalam hidup Kennan karena keputusan gila Irina? Dengan cara sederhana yang sama sekali tidak terbayang, Febe menyelusup masuk dalam hidup suaminya. Hingga Kennan kian tak punya waktu untuk mengingat Irina atau menyesali hidupnya yang berubah menjadi drama tragis.

Pria itu kian terbiasa dengan keberadaan Febe. Entah sejak kapan, tidur sembari memeluk Febe menjadi kebiasaan yang terasa natural. Awalnya, ranjang yang sempit memang dijadikan sebagai penyebab. Namun setelahnya Kennan tahu bahwa bukan itu biang keroknya. Hanya saja, dia belum berani mencari tahu lebih jauh. Belakangan ini, hidupnya terlalu banyak mengalami kejutan. Kennan belum siap menghadapi fakta baru yang mengagetkan.

Beberapa hari belakangan, ada ide yang mendadak seolah menusuki kepalanya tanpa henti. Awalnya, dianggap Kennan sebagai sesuatu yang tak masuk akal. Akan tetapi, kian dipikirkan, justru terasa logis. Meski demikian, Kennan lebih suka melupakannya. Dia mengalihkan fokus pada pekerjaan yang bertumpuk usai cuti karena menikah.

Hari itu, Kennan bertugas mewawancarai calon pegawai bagian promosi. Empat tahun terakhir ini Kennan merasa nyaman bekerja di sebuah perusahaan cokelat bernama Milky Choc. Sebelumnya, Kennan menghabiskan hampir dua tahun untuk bekerja di bagian manajerial sebuah mal di Jakarta. Tidak betah dan menemukan peluang bagus di Milky Choc, Kennan pun kembali ke Bogor. Di saat yang sama, ada peluang untuk bekerja di perusahaan multinasional yang berada di Jakarta tapi ditampik Kennan. Kadang, ibunya masih menyinggung masalah itu dan menilai putra bungsunya sudah membuang kesempatan emas.

Kennan melirik arlojinya dengan tak sabar. Sudah hampir pukul lima sore dan masih ada tiga orang pelamar lagi yang harus diwawancarainya. Entah bagaimana, pagawai HRD yang mengatur jadwal wawancara malah melakukan kesalahan. Seharusnya, saat ini Kennan bisa bersiap untuk pulang. Namun ternyata pekerjaannya belum tuntas.

"Kenapa bete banget gitu, Ken?" tegur rekannya, Sekar. Perempuan itu meletakkan dua gelas kopi di atas meja sebelum menarik kursi di sebelah kiri Kennan. "Oh iya, lupa. Pengantin baru. Pasti nggak betah banget duduk di kantor."

"Apa hubungannya antara pengantin baru dan nggak betah duduk di kantor?" protes Kennan. Sejak kembali bekerja, entah sudah berapa kali dia diolok-olok rekan sejawatnya. Untungnya tidak ada yang bertanya alasan pergantian mempelai wanita. Karena teman sekantor Kennan memang tak ada yang mengenal Irina. Mereka justru lebih familier dengan Siska yang memang sering menyambangi Kennan ke kantornya. "Aku bete gara-gara jadwal wawancara yang aneh gini. Harusnya kan udah kelar dari tadi. Udah lewat jam kantor juga."

Sekar mendesah dengan ekspresi kecut. Semangat berguraunya sontak padam. Salah satu gelas kopi digesernya ke arah Kennan. Perempuan itu sebaya Kennan, ibu dua anak balita yang sangat suka membuatkan kopi untuk teman-temannya.

Despacito [Terbit 28 Oktober 2020]Where stories live. Discover now