AFTERWORD

4.4K 493 122
                                    

Hai, D.F. Rost di sini.

Akhirnya, setelah lima tahun sejak Grey dan dunianya masih sekadar konsep di kepala, saya berhasil menyelesaikan novel pertama mereka.

Bicara soal inspirasi, Grey dkk lahir dari gabungan antara beberapa hal yang saya cintai. Saya suka novel detektif, saya rindu sekolah, dan saya suka film, anime, manga, game, atau apa pun yang sarat unsur psikologis, perang urat saraf, adu taktik dan strategi, dan pastinya, ada teka-teki di dalamnya.

Soal plot, Agatha Christie dan Dashiell Hammett adalah panutan saya. Soal gaya bahasa, Raymond Chandler memiliki pengaruh yang terbesar dengan gaya private eye monologue dan hard-boiled dialogue-nya. Saya juga suka puisi. Mungkin yang tahu Joko Pinurbo bisa melihat pengaruh puisi-puisinya di gaya saya (lebih banyak pengaruh nyelenehnya sih). Latar kebanyakan terinspirasi dari kampung halaman saya, Pemalang, tetapi dengan banyak sekali perubahan sesuai kebutuhan cerita. Kalau ada yang protes kenapa kota kecil nan membosankan tiba-tiba jadi sarang preman, mohon maklumi imajinasi saya. Lagian, cerita mafia luar udah banyak. Kenapa enggak sesekali mengangkat preman lokal? Hehe.

Terlepas dari semua itu, Hyouka-nya Honobu Yonezawa-lah yang pertama memicu saya untuk menulis school-based mystery. Bisa dibilang, Grey adalah yang terjadi ketika Oreki Houtarou bertemu Philip Marlowe di Chinatown. LOL.

Mungkin terlalu bertele-tele kalau semua hal yang menginspirasi saya disebutkan di sini. Omong-omong kalau kalian punya rekomendasi karya—baik wattpad maupun cetak—silakan promosikan ke saya. Saya bakal membacanya kalau sempat (bilang aja mager nyari sendiri :p).

Panjang novel Mr. I Project: Devil Must Die mencapai hampir 103.000 kata. Sejak mulai mengarang, ini adalah karya terpanjang saya yang tamat. Tentunya, jumlah ini belum final. Saat revisi, rencananya saya ingin menguranginya hingga tinggal kisaran 60-70.000 kata (atau lebih pendek lagi kalau bisa). Saya bukan plotter yang sangat mendetail dalam menulis kerangka, tetapi saya juga tak bisa menulis by the seat of my pants tanpa kerangka sama sekali. Saya hanya mempersiapkan kerangka kasarnya, terutama penokohan tokoh-tokoh penting, red herring, serta solusi dari misterinya. Selebihnya, saya membebaskan tokoh-tokoh saya menceritakan kisahnya sendiri, sehingga konsekuensinya banyak hal yang sebenarnya bisa lebih diefektifkan lagi.

Ke depannya, plot cerita ini mungkin tidak akan terlalu banyak berubah saat revisi. Saya hanya ingin membuat narasinya lebih konsisten, simpel tapi tidak sesimpel daftar belanja, banyak metafora tapi tidak lebay penuh purple prose, dan yang terpenting, mudah dimengerti tanpa mengurangi nilai seni. Silakan koreksi dari segi mana pun, khususnya hukum, karena saya akui riset di ranah itu masih sangat terbatas. Saya tak mungkin bisa 100% objektif pada karya saya sendiri, jadi kritik dan saran dari kalian amat saya butuhkan demi perkembangan karya ini.

Terima kasih sudah membaca Mr. I Project: Devil Must Die, dan sampai jumpa di karya-karya saya yang lain!

Mr. I Project: Devil Must DieWhere stories live. Discover now