[SC] Raga

71.1K 6K 1.2K
                                    

Choi Seungcheol
As
dr. Raga Askaradewa

Stigma masyarakat soal Rumah Sakit Jiwa pastinya gak pernah jauh dari tempat dimana orang-orang gila dikumpulkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stigma masyarakat soal Rumah Sakit Jiwa pastinya gak pernah jauh dari tempat dimana orang-orang gila dikumpulkan. Bahkan gak jarang, jokes-jokes anak SD kelas satu atau kelas dua selalu aja membawa-bawa Rumah Sakit Jiwa. Temannya aneh dikit disuruh masuk RSJ, mungkin di pikiran mereka RSJ penuh dengan orang-orang yang suka ngomong sendiri, ketawa sendiri, nangis sendiri, sampai ngamuk tanpa alasan yang jelas karena katanya mereka 'gila'. Menilai dari stigma negatif yang kerap kali terdengar, pengetahuan mereka soal Rumah Sakit Jiwa rupanya masih nol besar.

Setiap kali ada orang yang nanya gue kerja dimana kemudian dijawab di Rumah Sakit Jiwa, tatapan mereka berubah menjadi kagum sekaligus remeh. 'Apaan sih, ganteng-ganteng kok kerja di RSJ?' adalah sebagian bisikan yang dapat gue dengar saat manusia-manusia stigmatis itu berbalik menjauh dari gue. Buat gue, mereka termasuk orang-orang yang jiwanya sakit. Mau gak sakit gimana? Emangnya ada ya pasal yang menyebutkan kalau orang ganteng gak boleh kerja di RSJ? Lantas huhungan dari ketampanan dan pekerjaan itu letaknya ada disebelah mana? Gue beneran gak paham.

Kalau pagi, udara di Rumah Sakit yang berada di jalur menuju Kota Lembang ini sejuknya gak pernah main-main. Setiap kali lo menarik napas dan menghembuskannya, akan ada sensasi perih yang mengenai rongga hidung lo saking dinginnya udara yang ada disini. Rumah Sakit Jiwa Provinsi ini terdiri dari gedung-gedung yang terpisah, banyak lahan hijau yang sengaja dibiarkan sebagai terapi relaksasi bagi para pasien rehabilitasi. Catnya didominasi oleh warna biru muda yang menyegarkan mata, untuk desain bangunannya sendiri masih terkesan tua dan belum sebagus rumah sakit - rumah sakit yang ada di perkotaan.

Sebagai Kepala Instalasi UGD, jam kerja gue seharusnya dimulai dari jam delapan pagi sampai lima sore. Berhubung UGD sering banget kekurangan tenaga dokter- khususnya dokter jaga, pada akhirnya gue memutuskan untuk membuat jam kerja sendiri bagi diri gue. Jadwal masuk dr. Raga Askaradewa gak pernah tentu, selalu menyesuaikan dengan kosongnya shift entah buat jaga malam atau tugas pagi. Tapi kalau misal lo punya keperluan menyangkut pengurusan administrasi atau laporan, lo bisa hubungi gue kapanpun karena setiap lepas tugas gue gak punya kesibukan lain selain nge-gym atau sekedar merebahkan diri.

"dok, tadi dicariin teh Filza."

Gue baru saja masuk ke ruang dokter untuk menyimpan barang bawaan saat salah satu perawat menghampiri gue dan menyampaikan kabar barusan. Teh Filza adalah Perawat Penanggung Jawab UGD, jam kerja kita gak pernah samaan karena kalau gue gak ada, dia lah yang mengambil alih kendali UGD begitupun sebaliknya. Makanya kalau ada keperluan, pasti salah satu diantara kita harus rela nunggu sampai yang dicari datang ke UGD buat kerja.

"Teh Filza-nya dimana? Udah pulang belum? Saya kesana sekarang."

"Di Nurse Station, saya duluan ya, dok, mau ambil hasil tes lab." Pamitnya lalu pergi. Gue lupa, dia namanya siapa sih? Kayaknya perawat baru deh, sempet beberapa kali gue liat di gedung rawat inap kalau kebetulan kebagian tugas nganter pasien yang diindikasikan untuk menjalani perawatan inap intensif. Para perawat disini punya seragam yang sama; full putih dari atas sampai bawah kecuali perawat UGD yang kadang pakai seragam biru tua. Makanya gampang banget ngebedain mana perawat UGD, atau perawat instalasi lain yang kebetulan lewat kesini doang.

TIGA BELAS JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang