TIGA BELAS JIWA

[BSK] Gatra

Boo Seungkwan
As
dr. Gatra Senja Wirawan

Gatra Senja Wirawan,

Catra Surya Wirawan.

Ah, sebel banget gue. Kenapa sih Ayah sama Ibu harus ngasih nama yang nyerempet mirip buat kedua putranya ini? Kata Ayah, nama Catra artinya payung milik Raja, Surya artinya matahari, sementara Wirawan jelas nama dia. Kenapa Catra dinamakan demikian? Soalnya dia lahir pas matahari lagi terik tapi turun hujan. Pantes aja kelakuannya aneh, waktu dia lahir juga cuacanya lagi gak kompromian dulu siapa yang mau nongol duluan- matahari apa hujan. Sedangkan nama gue ... filosofinya gak jauh beda. Gatra artinya anak lelaki, sementara Senja jelas matahari sore. Kata Ayah, gue lahir sore-sore. Tapi waktu itu dia langsung kepikiran ngasih nama Gatra aja soalnya bakal estetik banget karena mirip sama Catra.

Catra-Gatra.

Oke lah, keren. Tapi setiap kali ada yang manggil 'Tra', kita berdua sering banget noleh barengan. Dulu pas kecil sempat terjadi perdebatan yang sengit soal panggilan ini. Gue dipanggil Gat gak masalah, tapi Catra gak mau dipanggil Cat karena kalo ditambahin embel-embel 'Bang', sebutannya bakalan jadi Bangcat. Dipanggil Surya juga dia ogah, kolot banget katanya gak ada gagah-gagahnya. Gue sih sebenernya oke-oke aja meski dipanggil Senja, masih keren lah gitu kayak anak-anak Indie jaman sekarang. Sekali lagi masalahnya ada di Catra, nama dia ranjau semua sehingga Ayah dan Ibu memutuskan kalau panggilan pendek Catra adalah 'Tra' sedangkan gue adalah 'Gat'.

Sebagai adik kakak, tentu kita gak jauh berbeda dengan kakak adik pada umumnya. Berantem? Sering. Akur sampe dunia adem? Juga sering. Prestasi kita juga jangan ditanya dah sama lo-lo pada. Gini-gini gue atlet Pencak Silat, juara Olimpiade Fisika, dan masih aktif sebagai aktivis Perlindungan Anak dibawah binaan DP3AKB atau Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana provinsi Jawa Barat. Beneran deh, gue sesuka itu sama anak-anak sehingga dedikasi gue terhadap perlindungan anak lebih tinggi dari apapun. Masalahnya, gue tau banget gimana cara jalan dunia jaman sekarang. Anak-anak yang harusnya bermain rentan dijadikan tenaga kerja, mendapat perlakuan buruk dari orang tua dan lingkungan, termasuk menjadi sasaran kekerasan seksual dari manusia tak bertanggungjawab.

Gue mengkhususkan diri pada bidang perlindungan anak berkebutuhan khusus. Sebelum mengambil pendidikan spesialis beberapa tahun lalu, gue masih bingung mau jadi apa karena banyaknya cabang spesialis yang menggoda gue untuk mempelajari mereka. Tapi pada akhirnya gue memilik spesilis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, peran gue disitu juga akan dominan sering bertemu dengan anak-anak yang mengalami kecacatan baik secara fisik ataupun mental diluar fokus gue kepada pengembalian fungsi fisik pasien-pasien pasca kecelakaan atau efek tindakan medis tertentu yang memerlukan pemulihan. Paska selesai praktek di RSJ Provinsi, tak jarang gue datang ke beberapa panti anak berkebutuhan khusus yang memerlukan bantuan gue dalam memantau perkembangan anak-anak didalamnya.

Ngomong-ngomong soal RSJ, pasien rehabilitasi medik yang gue tangani disini gak cuma berupa pasien-pasien dengan gangguan fungsi fisik karena kondisi medis tertentu saja, tetapi juga pasien gangguan kejiwaan yang mengalami sakit atau nyeri di beberapa bagian tubuhnya sehungga memerlukan penanganan. Rata-rata pasien di rumah sakit jiwa usianya berkisar diantara 30-40 tahun, yang mana usia tersebut merupakan usia rawan mengalami rematik, nyeri sendi, dan penyakit tanda penuaan lainnya. Kalau pasien anak-anak, biasanya mereka berasal dari daerah-daerah sekitar sini yang memiliki akses jauh ke pusat kota untuk mendapatkan perawatan. Pokoknya Instalasi Rehabilitasi medik tuh gak pernah sepi sama pasien deh, lima hari dalam seminggu gue bisa menangani lebih dari seratus pasien jika diakumulasikan secara total.