4.3 Joshua

11.8K 2.2K 839
                                    

Joshua

Seperti yang pernah gue bilang dari awal, gue terlalu takut membebani pikiran orang sehingga sering enggan untuk bercerita soal perasaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti yang pernah gue bilang dari awal, gue terlalu takut membebani pikiran orang sehingga sering enggan untuk bercerita soal perasaan. Walaupun beberapa orang terus memaksa, terkadang gue masih merasa sungkan dan hanya berbicara seperlunya. Tapi belakangan ini, entah kenapa gue menjadi manusia yang sedikit lebih terbuka serta lebih berani mengekspresikan apa yang gue rasakan.

Mungkin karena gue banyak bergaul dengan orang-orang ini kali, ya. Kalau harus jujur, gue tidak pernah menganggap bahwa pertemanan ini adalah sesuatu yang serius. Gue hanya menganggap mereka sebagai tempat bersenang-senang. Namun ketika tau kalau mereka ternyata lebih dari itu, gue menjadi sadar kalau this friendship is not just a shit.

Mereka adalah definisi dari teman yang sesungguhnya, teman yang mendukung ketika jatuh, yang menyemangati ketika hilang arah, dan yang mengajak supaya terus berlari ketika gue merasa jika gue tidak punya pilihan lain kecuali berhenti melangkah.

"Gue pernah denger dari Freya, katanya ada teknologi yang bisa mutus gen-gen tertentu dan konsepnya mirip bayi tabung lagi, Josh."

Saking percayanya gue pada mereka, tampaknya sudah tidak ada lagi satu hal pun yang gue sembunyikan soal keresahan maupun masalah yang gue punya.

"Iya emang ada, Cluster Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats atau CRISPR namanya." Kalau mau tau apapun itu soal teknologi di bidang medis yang paling terkini di dunia, lo cuma perlu tanya sama satu orang aja; Khrisna Adhyaksa. "Baru ada di California, tapi kalo mau, gue ada koneksi kesana."

"Ngeri lah anjing mainannya ordal alias orang dalam." Gue gak betah ngumpul di warkop RSJ gini, tapi lama kelamaan jadi nyaman aja walau masih sering keganggu sama baunya. Hari ini ada yang beda deh sama Johan, kok matanya kayak bengkak abis nangis lama gitu ya?

"Lord Vrindavan mah sampe ke akherat aja koneksinya nyampe, internet lu pasti nggak pake indihom kan bang?" Gue heran hubungannya ada dimana tapi gue ketawa, "Iya sih lu pasti pakenya sekelas Em En Si Visyen gitu, endorse dari CEO-nya langsung hahaha!"

"Gue seneng karena akhirnya lo udah bisa jujur sama diri lo sendiri." I didn't know why, tapi tiap kali denger Raga ngomong, gue selalu merasa seperti sedang diceramahi bapak-bapak.

"Ya kan kalo nggak nyoba, kita gak bakalan tau kedepannya akan gimana. Ya gak sih, Josh?" Tanya Mada yang sejak tadi sibuk ngupasin kuacinya.

"Literally yes." Jawab gue, "Dan gue pikir, gue emang nggak bisa hidup sendirian. Gue butuh banyak sekali peran dalam hidup gue, entah teman, atau pasangan."

Sebuah tepukan mendarat di punggung gue dengan cukup kencang, "Buruan nikah, amboksing seseru itu suer dah." Kalau Ainun tau kelakuannya kayak apa, kira-kira Pram akan gimana ya nasibnya?

"Raga tuh, jangan ke gue." Gue malah menuduh orang lain untuk dijadikan kambing hitam.

"Lah dia mah bentar lagi, abis ini yang diejek tiap ngumpul bakalan ke lo nih sama bang Johan."

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now