3.1 Raga

15.2K 2.5K 1.7K
                                    

Raga

"Ody mau ikut gak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ody mau ikut gak?"

"Aduh gimana ya, Ody hari sabtu tuh mau daftar ulang ke kampus, dok."

Wajah gue langsung tertekuk, "Ya udah, gak usah ikut. Padahal kalo nyetir sendiri, dokter Raga suka ngantuk."

Gue udah gak peduli lagi sama apa kata orang. Meski Johan dan Khrisna selalu ngejek gue pedofil lah, sugar daddy lah, gue gak ambil pusing. Soalnya kalau kata Arthur, urusan hati tuh cuma diri sendiri yang tau. Mau lo menampik jutaan kali pun, kalo pada dasarnya lo udah suka ya suka aja.

Iya, gue suka sama Ody, mau apa lo hah? Protes? Punya hak apa lo buat komplen soal urusan gue?

"Atau gini deh," belakangan, gue sering banget maen ke rumahnya Ody. Hampir tiap hari mungkin? Pokoknya kalau disuruh dateng, sejam kemudian gue pasti udah ada di lokasi. "Berangkatnya siangan kan? Paginya anter Ody dulu ke kampus. Gimana?"

Senyuman gue perlahan melebar, "Jadi mau ikut nih?"

"Iya, kasian calon suami Ody kalo ngantuk selama di jalan." Sekarang tangannya meraih sebuah kemasan chiki kentang yang sengaja gue beli ketika di perjalanan, "Terus dokter Raga gak ikut ke acara perayaan HUT RSJ? Emang gak apa-apa?"

Gue merebut kemasan tersebut kemudian membantu perempuan itu untuk membukanya, "Dokter Raga udah izin ke HRD dari bulan lalu, jadi gak apa-apa."

"Ah, iya. Ody belum bilang Mama." Wajahnya langsung panik. Emang sih, Ody kalo kemana-mana harus atas izin Mamanya dulu. Sekarang perempuan yang bekerja di Dinas Perhubungan itu belum pulang dari kantornya, dan kayaknya gue harus nungguin dia pulang dulu deh buat minta izin minjem anaknya dua hari lagi.

"Nanti dokter Raga yang bilang." Ucap gue.

"Terus bilangnya apa?"

"Ya ... ke rumah keluarga dokter Raga?"

Matanya memicing tajam, "Eiy, terus kalo nanya kenapa Ody yang dibawa?"

"Bilang aja Ody yang mau ikut, hahaha!"

Tangannya yang kecil itu memukul paha gue kencang, "Apaan! Ody gak mau ikut, dokter Raga yang paksa!"

"Dih," gue menjepit pipinya dengan telunjuk dan ibu jari kanan. "Siapa yang paksa? Kamu yang sukarela, kok."

"Iya, iya, emang Ody doang yang suka dokter Raga, dokternya enggak." Gemes banget gue, pengen gigit pipinya sampe merah. "Nanti Ody pake baju apa ya? Harus pake hijab deh kayaknya, aduh mana Ody gak punya gamis putih lagi. Minjem punya eyang kali ya?"

Tawa gue meledak detik itu juga, "Jangan minjem punya eyang, nanti dokter Raga yang beli."

"Couple gitu ya?"

Gue mengangguk, "Iya, couple."

Senyumnya langsung merekah, jantung gue makin gak sehat setiap kali liat dia bersikap demikian. Sumpah, Raga udah ilang akal sehat kayaknya. Tapi harus gue akui, Ody tuh ... gimana ya? Cantik, lucu, ngegemesin, paket komplit pokoknya. Meski berasa kayak ngurus anak kecil, gue nyaman aja setiap kali ada bersamanya. Nggak cuma penuh dengan sisi kekanakan, Ody juga punya sisi dewasa yang terkadang selalu membuat emosi serta rasa lelah gue redam.

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now