4.10 Mada

9.7K 1.8K 215
                                    

Mada

Brengsek boleh, tolol jangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brengsek boleh, tolol jangan.

Sekilas, perkataan yang terdengar seperti umpatan biasa itu terkesan nggak punya arti apa-apa. Tapi bagi gue, satu kalimat yang terdiri dari empat kata tersebut memiliki magic tersendiri dimana setiap kali mendengarnya, gue selalu merasa jadi manusia paling bodoh di dunia.

Setelah didewasakan oleh waktu, gue mulai mengerti bahwa gue hidup di dunia ini bukan cuma untuk hura-hura. Iya, hidup emang cuma satu kali, hadirnya sangat singkat sehingga harus dinikmati. Namun tampaknya cara gue dalam menikmati hidup ini terlalu salah apalagi sampai melanggar batasan-batasan yang wajar. Tadinya gue hanya haus perhatian, butuh teman main-main, untuk sekedar menghibur diri yang kesepian karena tak pernah mendapatkan kasih sayang.

Seperti yang pernah gue bilang, hidup gue bebas, orang tua gue nggak pernah mau peduli soal bagaimana gue berjalan diatasnya. Mungkin karena inilah gue tumbuh menjadi orang yang selalu berbuat seenaknya. Lagian, siapa sih yang akan melarang gue melakukan ini dan itu? Nggak ada, nggak ada satu pun yang bisa melakukannya karena gue gak punya orang-orang yang bisa berbuat demikian.

Lalu ketika gue iseng menjebloskan diri pada rumah sakit pinggir kota di daerah Cisarua, gue bertemu sama mereka. Sejak saat itu, gue jadi tau gimana rasanya diperhatikan. Gue juga tau gimana hangatnya hati lo ketika mereka bilang bahwa apa yang gue lakukan nggak baik buat diri gue sendiri. Lucunya, mereka nggak sekedar berbicara, tapi juga mengarahkan gue untuk melakukan hal-hal yang lebih positif sekecil nongkrong pinggir jalan sambil membahas urusan pekerjaan.

Gue juga nggak tau akan gimana jadinya kalau gue nggak ditampar oleh kata-kata sekaligus dianjingin sama mereka. Bisa aja ketika gue membuat kesalahan besar pada Arsha, gue akan lari begitu saja seperti yang biasa gue lakukan. Tapi berkat kalimat 'brengsek boleh, tolol jangan', gue jadi sadar kalo setiap apa yang telah lo rusak di dunia, harus selalu dipertanggungjawabkan jika lo memang manusia.

Sebuah rencana bodoh sempat terlintas di kepala gue. Nikahin aja gak apa-apa, ntar kalo anaknya lahir lo tinggalin, bawa anaknya. Tapi untungnya rencana tersebut hanya berakhir sebagai rencana saja. Mana tega sih gue ninggalin orang yang setulus itu sama gue? Mana tega sih gue ngejahatin perempuan yang meskipun lo maki-maki keberadaannya, masih tetap mau mempertahankan? Malah gue berpikir, ini kali ya yang gue tunggu? Ini kali ya yang gue butuh? Dia yang selalu ada, yang gak pernah pergi, dan yang mau menerima meski sudah gue hancurkan.

Di fase ini, gue dituntun untuk memperbaiki diri. Nggak cuma gue, tapi juga dia yang kalau nggak gue rangkai lagi, mungkin akan hidup sebagai serpihan tak berbentuk sampai berakhirnya semesta. Disini gue dilatih untuk menjadi dewasa, untuk mulai berani menanggung buah kesalahan yang pernah gue perbuat, dan untuk mencoba menjalani hidup bersama seseorang yang tanpa sadar sudah memberikan segala apa yang gue inginkan.

Ternyata, hidup itu nggak cuma berisi kebetulan. Ketemu sama Manjiw bukan kebetulan, terlibat dalam satu benang yang sama dengan Arsha juga bukan kebetulan. Pada mereka, gue menemukan apa yang tak pernah gue dapatkan, terutama soal kasih sayang, kepedulian, dan juga tanggung jawab.

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now