Cerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia.
• All 13 members of Sev...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Sumpah gue benci banget kalo Bandung udah hujan.
Apalagi kalau kebagian jaga malem, udah mah jalanan gelap, dingin, licin lagi. Kadang gue gak berani bawa motor, seringnya naik grab atau bawa mobil sendiri. Berhubung sekarang musim hujan makin panjang, alhasil gue sering banget nyetir sendiri walau sebenarnya gue paling malas melakukan itu. Tebak kenapa? Gue malu, soalnya mobil gue beda banget dari mobil kebanyakan.
Bukan, bukannya butut, cuma ... takut dikira pamer aja gitu sama orang-orang. Ntar gue dikatain, kerja di RSJ doang kok sampe bawa Bugatti Veyron sih? Korupsi dana operasional rumah sakit apa gimana? Kan gak enak. Masalahnya gue bukan Pram atau Catra yang hidupnya riya banget sampe tahu gejrot aja dijadiin status wasap.
"Heh!"
Gak tau deh gue, enak banget rasanya manggil cewek oon itu dengan panggilan yang mirip orang ngajak berantem ini. Lagian dia tuh diteriakin 'heh' doang langsung noleh, kayak yang gak punya nama aja.
"E—eh, dokter Khrisna, hehe."
"Haha hehe, ngapain hujan-hujanan?" Tanya gue yang kini menurunkan ujung topi untuk mencegah air hujan mengenai kulit wajah.
"Baru dateng, naik ... grab." Jawabnya. Kayaknya Lussy sama sekali gak peduli walau sekarang rintik air itu membasahi pundak dan kepalanya.
"Ck! Udah tau hujan malah gak pake jaket, gimana sih kamu." Omel gue lalu berlari lebih dulu menuju lobi UGD. Lussy ngekor dibelakang, suara sepatunya yang tidak memiliki hak itu terdengar cukup khas ketika menyentuh lantai keramik. Perempuan itu melewati gue begitu saja, mengusap bajunya yang basah kemudian bergegas masuk menuju ruang dokter.
Yang pertama gue lakukan adalah melepas sweater yang gue gunakan. Sekarang gue cuma pakai kaos lengan panjang berbahan katun, lumayan agak tebel gitu sih jadi gak takut buat kedinginan. Gue gak tau Lussy lari dari mana, namun yang pasti bajunya benar-benar basah sampai kaos dalam yang dia gunakan tercetak dibalik kemeja krem yang sangat tipis itu.
"Heh, baju kamu ... " Perempuan itu menoleh kaget, langsung memegangi badannya seperti takut ketempelan kecoak atau belalang. "Bukan, itu basah banget, bisa masuk angin."
"Oh, haha." malah ketawa kan si oon, "Nanti juga kering dok, kan dilapis snelli juga."
"Mana bisa basah gitu dilapis snelli!" Gue agak menyentak lalu berjalan menuju loker. Di pintu rak yang mencantumkan nama gue secara gamblang, gue mengambil sebuah kaos putih polos yang ukurannya tidak terlalu besar. Gue menyerahkannya pada Lussy, kemudian menyabet snelli dari sandaran kursi dan bersiap keluar dari ruang dokter.
"Pake aja, bersih kok." Ucap gue sebelum benar-benar pergi.
UGD sepi banget, cuma ada pasien berobat yang tidak membutuhkan penanganan kegawatdaruratan. Sebagian perawat dan dokter ada yang terlelap, namun tidak dengan gue yang lebih memilih scrolling aplikasi Lazada buat nyari pakan ikan. Semua gara-gara Freya, akuarium yang harusnya gak ditempati oleh makhluk hidup itu kini penuh dan padat banget sama ikan segede sendok nyam-nyam. Katanya bayi piranha, tapi gue sih curiganya ikan tawes soalnya mirip sama ikan goreng yang suka ada di Restoran Padang.
