[JH] Johan

40.8K 5K 1.7K
                                    

Yoon Jeonghan
As
dr. Allail Johan Rachmadi

"PEGANGIN ITU, KAKINYA!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"PEGANGIN ITU, KAKINYA!"

"Aduh dok, saya ketendang."

"Aaa ... dokter, tolong, tangan saya ini ... Aaa!"

Gue gak habis pikir dengan para perawat dan dokter koas di UGD ini, mereka sebenernya baru pertama kali menangani pasien gaduh gelisah atau gimana sih? Katanya pasien sudah dua hari mengamuk hebat sampai-sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Gue belum tau detailnya kayak apa, tapi tenaganya benar-benar luar biasa dan dia terus menerus melantur ingin bunuh diri karena udah capek hidup di dunia.

Jangankan situ, om, gue aja sebenernya capek. Cicilan rumah nunggak sebulan, motor belum servis, apalagi belom ada tanda-tanda akan munculnya jodoh. Sepi sekali hidup ini, layaknya UGD tanpa teriakanmu.

Ea, jayus.

"Pegangin bentar, ini belum ketemu vena-nya." Ucap gue, masih memirinkan jarum suntik diatas lipatan sikutnya selama beberapa kali. Baru setelah yakin, gue menusukkan benda itu kedalamnya hingga cairan berisi satu ampul Diazepam itu berhasil menyatu dengan aliran darahnya.

Sampai detik kesepuluh, perlahan-lahan pasien mulai tenang sehingga para perawat dan dokter koas itu gak perlu lagi menahan tubuhnya sekuat tenaga. Perawat cewek yang tadi genitin gue itu dapet luka di tangannya akibat kuku pasien yang menancap tajam. Kasian sih, tapi gue lagi enek sama dia makanya nanya aja enggan. Masa abis genitin gue, dia langsung senyam-senyum ke dokter Raga sih? Kan tai.

"Paeh! Hayang Paeh! Cape hirup aing teh!"

Baru aja gue mau bernapas lega, tiba-tiba pasien teriak lagi dan bilang pengen mati tapi dalam bahasa Sunda. Kalau mati dibeli, gue pasti udah beliin supaya dia mau diem. Bukan apa-apa sih, ngamuk kayak gitu tuh efeknya gak cuma ke kejiwaannya, tapi juga ke badannya yang pasti bakalan sakit sehabis dipegangin karena meronta terus kayak gini. Mana di beberapa bagian tubuhnya udah banyak banget luka luar, semacam goresan-goresan dan lebam yang mulai kebiruan.

"Pak, liat tangan saya kemana." Gue menggerakkan telunjuk ke kanan perlahan, mencoba menarik atensi lelaki yang malah ... malah ngeliat gue dengan tajam.

"Nanaonan?!" Teriaknya galak, sampai melotot-melotot.

Gue cuma menghela napas pelan, harus sabar banget emang jadi Allail Johan Rachmadi yang kerjanya standby di UGD dari siang ketemu pagi. Kalau obat penenang udah gak mempan, terpaksa gue harus memasang fiksasi atau pengikatan supaya dia gak berbuat macam-macam. Dilihat dari gejalanya, bapak ini pasti punya gangguan sejenis bipolar. Kadang trauma yang terlalu berat bisa mempengaruhi mood seseorang sehingga dia cenderung mudah mengamuk dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

"Pasang fiksasi aja, satu jam lagi kasih penenang, dosisnya tambah." Gue memutuskan, "Setelah itu obati lukanya ya, itu yang di leher lumayan dalem, harus pasang perban."

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now