[JWW] Dipta

26.5K 3.8K 1.8K
                                    

Jeon Wonwoo
As
dr. Dwipradipta

Pertama-tama, gue ingin menegaskan satu hal disini; gue bukan anak mami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pertama-tama, gue ingin menegaskan satu hal disini; gue bukan anak mami.

Iya sih, gue lahir dari perut Mami. Tapi kabar soal gue yang apa-apa harus bilang Mami dulu tuh sama sekali gak benar. Gue bebas layaknya anak cowok kebanyakan, hanya saja gue dan Mami saling menyayangi dan cara kita mengungkapkan rasa sayang itu sedikit berbeda dengan orang lain. Gue gak gengsi cium Mami, gue gak gengsi bilang sayang secara langsung sama Mami, gue juga sangat dekat dengan beliau sehingga seringkali orang-orang mengartikan bahwa kedekatan dan kemanjaan gue itu semata-mata karena gue 'anak mami'.

Lagian apa salahnya dekat sama Ibu sendiri? Emang kalau lo udah gede, lo harus jauh dari Ibu lo karena disitu ada pemikiran ... ah, udah gede ini, gak perlu deh gue nempel terus sama mami, gitu? Malah menurut gue, semakin bertambahnya usia kedua orang tua lo, itu berarti lo harus semakin dekat dan semakin sayang lagi sama mereka berdua. Apalagi kalau kelak lo sudah berkeluarga, mungkin lo akan sangat jarang bertemu dengan mereka karena sudah memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri. Makanya selama gue masih melajang dan bisa bermanja-manjaan sama Mami-Papi, gue merasa harus memanfaatkan kesempatan yang ada sebelum tiba saatnya gue benar-benar dijauhkan dengan mereka.

Jujur deh, sampai saat ini gue masih tinggal satu rumah dengan Mami. Masalahnya Papi dinas di luar negeri, dia adalah salah satu petinggi Militer Indonesia yang sekarang sedang berada di daerah konflik Timur Tengah. Harusnya di usia Papi yang sekarang, dia udah enak duduk dibelakang meja sambil menunggu masa pensiun tiba. Tapi Papi adalah orang yang gak bisa tinggal diam, dibanding harus leha-leha di Markas Besar atau berkecimpung di ranah politik, dia lebih suka menggunakan sisa waktu yang dia punya untuk membantu terciptanya perdamaian dunia. Maka dari itu, sampai detik ini gue masih gak tega ninggalin mami sendirian meskipun sebenarnya gue sudah nyicil rumah buat jaga-jaga kalau suatu saat gue harus hidup mandiri.

Sama seperti Catra, gue sempat bercita-cita untuk menjadi Tentara seperti ayah sekarang. Hanya saja gue mendapat larangan dari Mami, katanya dia gak mau punya menantu yang bernasib sama seperti dia. Mami sering ditinggal sama Papi, kadang tanpa kabar sama sekali yang sering nanget bikin dia frustrasi. Dari situ gue mikir dua kali, terlebih yang menjadi pertimbangan gue saat itu adalah Mami sendiri yang mungkin akan kesepian kalau dua orang yang paling berharga di hidupnya sama-sama pergi ke daerah konflik. Itulah sebabnya gue lebih memilih menempuh jalan lain dengan cara menjadi dokter. Pekerjaannya sama-sama mulia, meskipun dengan sifat Dipta yang sekarang sepertinya gue lebih cocok jadi buruh gaming aja dibanding harus jadi dokter kayak gini.

Kenapa gue bilang demikian?

Masalahnya gue udah terlanjur cinta banget sama game-game online. Malah gue sempet mikir, bisa gak sih gue jadi anak SMA lagi terus kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual atau Teknik Informatika biar bisa kerja di perusahaan game? Sayangnya, pemikiran gue itu hanya berujung sebagai bentuk khayalan semata. Percuma dong gue belajar bertahun-tahun sampe tua di jalan buat jadi dokter kayak sekarang? Mana ngambil spesialis lagi, Radiologi. Tadinya sih biar kerjanya enteng, supaya bisa curi-curi waktu buat nge-game. Tapi tetep aja repot, sehari-hari di RSJ gue bahkan bisa menangani lima sampai enam pasien sekaligus yang bikin niat busuk gue itu gagal terlaksana.

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now