Mark [-01-]

4.4K 295 5
                                    

.
.
selamat membaca
enjoy!
.
.



Hembusan angin di pagi hari yang terasa sangat sejuk kini tengah dinikmati seorang gadis cantik dan juga manis, gadis itu sedang mengayuh sepedanya sambil bersenandung ria dan sesekali menyapa orang orang yang ia kenal di sekitar komplek.
Alexandra Lethesia- dikenal sebagai Lexa, gadis cantik dengan tatapan mata yang lembut membuat semua orang yang ditatapnya seperti terhipnotis. Tak hanya lembut, Lexa juga mempunyai pribadi yang ramah, lemah lembut, dan sering bertingkah konyol agar siapapun yang berada di dekatnya merasa terhibur akan tingkahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang orang percaya bahwa gadis ini tak memiliki masalah apapun dalam hidupnya.

Lexa terus saja mengayuh sepedanya sampai ia berhenti di sebuah taman, matanya melihat seorang pemuda yang sedang terduduk menyendiri sambil memandang lurus ke arah depannya. Lexa tidak tahu siapa orang yang berada di sana, biasanya ia langsung mengetahui jika ada orang yang baru saja pindah, karena itu ia memutuskan untuk menghampiri pemuda yang masih terduduk di sebuah bangku taman.

"hallo... hehe" Sapanya yang terasa canggung, ia bisa melihat orang yang disapanya tadi sedikit menegakkan tubuhnya, "Boleh ngobrol?" tanyanya terdengar hati-hati.

"B-boleh, duduklah" Pemuda itu menggeserkan tubuhnya agar Lexa bisa duduk di sampingnya tanpa melirik ke arah Lexa.

Setelah mendapat izin, Lexa pun duduk. Matanya tak sengaja melihat kertas yang sudah terarsir dengan indah di atas pangkuan pemuda di sampingnya, "Itu gambaranmu? Indah sekali, dan aku sangat menyukai kucing" Ya, di kertas itu terlihat seekor kucing.

"Benarkah? terimakasih atas pujiannya, aku sengaja menggambar ini karena cuaca yang rasanya sangat mendukung" Jawabnya dan dilanjutkan oleh senyuman.

"Ngomong-ongomong kita belum kenalan" Lexa mengulurkan tangannya tepat dihadapan sang lawan bicara, "Namaku Alexandra Lethesia, kamu bisa panggil aku Lexa"

"Mark"
Mark, seorang pemuda seumuran dengan Lexa. Memiliki wajah yang tampan, ia mempunyai kelebihan dalam menggambar dan bermain alat musik salah satunya adalah gitar. Mark barusaja pindah dari kanada ke indonesia saat ia berumur tujuh tahun.

Merasa jabatan tangannya tak dibalas, Lexa bingung lalu mengoyang goyangkan tangannya, "balaslah jabatan tangangku! Sombong sekali! Aku ini nggak penyakitan!" Suaranya terdengar sangat jengkel.

Mark terlihat terkejut, "Maafkan aku... aku tidak melihatnya" Lalu ia mengangkat tangannya mencari keberadaan tangan Lexa.

Lexa yang mengerti, akhirnya meraih tangan Mark dan menurunkannya, "Maaf aku tidak tahu.. aku tidak tahu jika kamu bu- ah tunanetra" Ia berucap dengan penuh penyesalan.

Mark tersenyum, "Tak apa, kejadian itu sering terjadi haha. Setelah ini Pasti kamu langsung pergi karena tau aku ini buta" Pernyataan Mark membuat Lexa semakin merasa bersalah.

"Nggak! Kamu ini ngomong apa? Ayo berteman!" seru Lexa

"Apa sekarang pendengaranku ikut terganggu? apa tadi kamu bilang? teman? memangnya mau? kamu kan normal" Mark sengaja menekan kata 'normal'

Lexa mendengus keras, "Tidak. Kamu tidak salah dengar, aku ingin kita berteman. T-E-M-A-N okee" ia mengeja kata itu, "Eummm... sejak kapan kamu seperti ini?"

Mark mengembuskan nafasnya pelan, "Saat aku kecil..."Lalu ia mulai bercerita, "kornea mataku mengalami kerusakan, awalnya aku hanya mengalami gangguan penglihatan, tapi lama kelamaan penglihatanku menghilang. Dan kebutaan ini membuat ayahku pergi meninggalkan ibuku karena dia malu mempunyai anak sepertiku, jadi ibuku lah yang mengurus anak buta ini dari kecil hingga beranjak dewasa"

Lexa mendengarkan cerita Mark dengan seksama, tak terasa sudut bibirnya melengkung ke bawah tanda ia juga merasakan kesedihan, "Seperti itu... Maaf jika aku banyak bertanya dan pasti itu membuatmu menjadi kembali bersedih" Untuk kedua kalinya ia menyesal.

Pemuda itu berdiri dan mengambil tongkatnya yang ia letakkan di sampingnya, "Aku pulang, terimakasih karena telah mendengar ceritaku. aku harap kita bisa bertemu lagi" Di ujung kalimatnya Mark tersenyum, dan benar benar beranjak pergi.

Lexa masih terduduk di bangku taman, pikirannya masih penuh dengan rasa bersalah sampai akhirnya ia berteriak memanggil nama teman barunya itu, otomatis Mark memberhentikan langkahnya.
Lexa berlari menghampiri Mark, "Mark! Aku antar kamu sampai rumah, dan anggap saja itu sebagai permintaan maafku" Sambil menetralkan nafasnya

Mark mengerutkan dahinya, "Nggak usah, lagian aku sudah memaafkanmu" Tolaknya

"Aku nggak terima penolakan!" Gadis ini memaksa lalu menarik tangan Mark sampai berada di depan sepeda miliknya. "Naik!"

Mark yang malas berdebat, akhirnya memutuskan untuk menuruti perkataan Lexa.
Mereka berdua pun pergi dari taman menuju rumah milik Mark, tak lupa Mark pun memberitahu alamat rumahnya. Walaupun satu komplek, rumah mereka berjauhan karena lingkungannya yang luas.
Setelah sampai di tempat tujuan, Mark turun dari sepeda milik Lexa dan berterimasih karena telah mengantarnya.

Lexa masih menunggu di depan pagar sampai Mark masuk ke dalam rumahnya, setelah tak terlihat barulah ia pergi tapi sebelum ia pergi ia mengulas senyuman manisnya, 'mark' gumamnya, lalu ia benar benar pergi dari sana.

.
.
.
TBC
Jangan lupa vote + komen yaa
makasih semua!!

TBC Jangan lupa vote + komen yaamakasih semua!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
Tunanetra [MarkLee]
Chapter O1
.
.








tunanetra [•MarkLee•][END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang