.
.
.
selamat membaca
eps kali ini fokus ke evelyn dulu ya hehe:D
enjoy~
.
.
.Secangkir kopi dan sepotong brownies, tak lupa juga musik klasik yang menghangatkan suasana cafe.
Evelyn memandang jalanan dari dalam cafe, wajahnya terlihat murung saat ia mengingat kegiatan yang biasa ia lakukan bersama sahabatnya yang kini masih dalam kondisi tidak stabil.'lexa.. Kapan lagi kita akan bermain bersama? Menikmati angin malam sambil sesekali berbagi cerita? Aku merindukan semuanya, aku berharap kamu cepat sembuh' Batin Evelyn
Evelyn pun mengambil ponselnya yang sudah ada di atas meja, ia membuka galeri dan melihat foto foto saat ia bersama sahabatnya
(aku ngambilnya di pinterest, jangan hujat aku ya:"-))
Itu adalah foto terakhir saat Evelyn dan Lexa berkunjung ke Cafe.
Mata Evelyn memanas, air matanya sudah tak bisa ia tahan lagi, hatinya terasa sakit kali ini, kepalanya tertunduk dan meremat ponsel yang ia genggam, isakan kecil keluar dari bibirnya.Tiba tiba ada yang menepuk bahu kanannya membuat Evelyn terkejut dan segera menghapus air matanya
"kamu kenapa? Nangis ya?" tanya lelaki itu
Evelyn menggeleng sebagai jawaban.
Lelaki itu pun duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evelyn"felix, ngapain kamu ke sini?" Evelyn memalingkan wajahnya ke arah lain agar Felix tidak mengetahui kalau dia menangis
"beli batu bata" Felix memasang wajah ketusnya
"loh? Kok ke sini? Emang ada yang jualan batu bata disini?" Kini Evelyn menatap felix dengan polos
Felix menghembuskan nafasnya kasar "ya aku ke sini buat nyari cemilan lah, ada ada aja kamu" Felix pun melihat sepotong Brownies di hadapannya, tanpa basa basi ia langsung mengambil garpu dan memakan brownies itu "buat aku ya, kamu gak mau makan juga kan" ia pun menyuapkan brownies ke dalam mulutnya
Evelyn hanya mengangguk karena benar apa yang dikatakan Felix kalau ia tidak mau memakan brownies itu
Lelaki di hadapan Evelyn kini menatapnya dengan tatapan sulit diartikan membuat Evelyn merasa sedikit risih
Felix menatap dengan tatapan itu.
"ke-kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Evelyn
"Aku ini ketua osis, kalau kamu ada masalah di sekolah kamu bisa bilang sama aku" Felix masih mentapa Evelyn
"ng.. Nggak kok, ta-tadi aku cuma inget Lexa" -Evelyn
Felix mengangguk dan kembali memakan Brownniesnya "makasih ya browniesnya" Felix tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya membuat Evelyn terkejut untuk yang kedua kalinya
"hmm sama sama" -Evelyn
"selama Lexa masih di rumah sakit, aku temenin kamu terus ya" ucap Felix dan tak lupa dengan senyumannya
Evelyn mengangguk semangat dan tersenyum cerah "makasih ya hehe"
Felix tersenyum lalu sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Evelyn dan mengangkat tangannya untuk mengusak pelan surai hitam Evelyn.
.
.
.Hujan rintik-rintik, langit sudah berubah menjadi hitam tapi Evelyn dan Felix masih menikmati dinginnya malam.
Selama diperjalanan, mereka hanya sibuk dengan fikirannya masing masing karena ini kali pertama mereka jalan jalan bersama
Saat Evelyn memandang ke arah lain, matanya menemukan ibu Mark sedang tergesa gesa dan membawa kantung keresek berwarna putih. Tanpa basa basi, Evelyn langsung menarik lengan Felix dan berlari. Yang ditarik hanya menurut.
"ibu!" panggil Evelyn
Ibu Mark menoleh "eh, Evelyn"
"ada apa bu? Aku tadi liat ibu seperti tegesa gesa" Evelyn masih mengatur nafasnya
"Mark tiba tiba demam" jawab Ibu Mark
"astaga.. Sini aku bantu bu, aku mau melihat keadaan Mark" ucap Evelyn mengambil kantung keresek dan beralih menatap Felix "felix.. Kamu mau pulang atau ikut aku ke rumah Mark?" tanya Evelyn
"aku ikut" tidak hanya bermaksud untuk berkunjung, tapi Felix juga ingin membantu karena dirinya bukan hanya ketua osis, tapi juga wakil ketua PMR
Akhirnya mereka bertiga jalan bersama menuju rumah Mark
.
.
..
.
.TBC
hnggg makin garing aja ><
MAKASIH SEMUA!!
.
.
.
Tunanetra [MarkLee]
Chapter 18
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
tunanetra [•MarkLee•][END]
Teen FictionKehidupan yang amat sangat terasa gelap dirasakan oleh pemuda satu ini. Mark, seorang pemuda yang mengalami gangguan pada penglihatannya hingga menyebabkan kebutaan membuat hidupnya terlihat menyedihkan. Namun, ia bersyukur karena ia masih memliki o...