Hati Yang Tidak Tenang [-24-]

521 70 18
                                    

.
.
.
selamat membaca
enjoy
.
.
.





Jam sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Langit sudah menghitam, udara yang semakin dingin, dan keadaan cafe yang cukup ramai.

Dari tadi Lexa hanya memandang menunduk memandang sepatunya, sedangkan wanita yang ada dihadapan Lexa sedang memandang dirinya, tak ada yang membuka suara keduanya dilanda kegugupan. Sampai akhirnya Lexa sendiri yang harus membuka suara.

"kenapa? Apa ada masalah? Kenapa Dokter mengajak saya ke sini?" Lexa membuka suara dan memberanikan diri untuk menatap wanita dihadapannya yang ia sebut 'dokter'

Ya, dokter dihadapan Lexa adalah dokter yang menangani Lexa saat sakit. Dokter ini bernama Irene.

Sebelum menjawab pertanyaan Lexa, Irene mengambil nafas banyak lalu menghembuskannya cukup keras, "apa.. Apa kamu yakin tidak akan menjalani operasi?" tanya Irene dengan tatapannya yang dalam dan terkesan keibuan

Lexa menggeleng dan tersenyum sebelum menjawab, "tidak dokter" singkat, padat, dan jelas jawaban dari Lexa

"tapi jika kamu tidak melalukan operasi, kemungkinan hidupmu tidak akan la—" Belum sempat Irene melanjutkan perkataannya, Lexa sudah memotong terlebih dahulu

"tak apa.." Lexa menunduk lagi memandangi jari jari tangannya, "... Aku sudah lelah" dengan sangat pelan Lexa berucap dan hampir saja tidak bisa Irene dengar

Irene menghela nafasnya "aku mengkhawatirkanmu.. Bahkan tidak hanya aku, tapi kakak dan teman temanmu juga mengkhawatirkanmu. Dokter melihat jika kakak mu sangat sayang Lexa.." jelas Irene dengan sangat lembut

"saya merindukan ayah dan ibu.." Lexa kembali menatap irene dan tersenyun manis, "hanya itu"

"jika kamu merindukan mereka,  hanya perlu berdoa, bukan menyiksa diri sendiri seperti ini. Pikirkan kakakmu, yang sudah berjuang untuk kehidupamu. Jangan egois" jelas Irene

Lexa berdiri dari duduknya, "maaf.. Saya harus pulang. Terimakasih dokter" Lexa tersenyun tipis dan meninggalkan irene di sana

Irene sedikit mengacak rambutnya dan memijat sedikit kepalanya lalu pergi dari sana tanpa meminum kopinya.

.
.
.

"aku pulang.."

Lexa membuka pintu rumahnya dengan pelan, ia sudah menduga kalau kakaknya akan memarahinya karena pulang terlalu malam. Dan benar saja, kevin sudah berdiri di depan pintu dengan tangan yang ia silangkan di depan dadanya, dan tatapannya yang mengintimidasi

"semalam ini?" tanya Kevin dengan nada yang sangat dingin dan menusuk

"maaf.." gumam Lexa

"dari mana aja?" –Kevin

"a-aku menemui Evelyn tadi di cafe" Lexa menunduk tidak tahu harus melakukan apa

"menemui Evelyn? Tadi kakak menghubungi Evelyn dan dia tidak sedang bersamamu, bahkan tadi kakak menghunungi Mark juga dan jawabannya sama." jelas Kevin lalu mendengus dengan keras, "kamu sudah pintar berbohong ya" Kevin masih berdiri dengan tatapan dinginya

"m-maaf kak, Tadi aku menemui d-dokter Irene" jawaban Lexa membuat Kevin menurunkan tangannya dan menaikan kedua alisnya.

"dokter? Kenapa? Apa kamu merasa tidak baik? Kamu baik baik saja kan?" Kevin menghujani adiknya dengan pertanyaan pertanyaan

Lexa menggeleng sebelum menjawab, "dia hanya merindukanku"

Kevin menepuk nepuk pelan kepala Lexa, "kalau ada apa apa bilang sama kakak" lalu ia memeluk tubuh adiknya.

'aku sungguh sungguh minta maaf kak'

.
.
.

Mark sedang menemani ibunya yang sedang mengemasi barang barang untuk nanti di bawa ke kanada. Mark sendiri heran, kenapa harus cepat cepat pergi ke kanada? Padahal ibunya bilang kalau mereka akan pergi minggu depan

Dari tadi Mark merasa ada yang mengganjal di hatinya tapi ia sendiri tidak tahu apa yang membuat ia menjadi tidak enak perasaan.

"ibu.." panggil Mark

Ibu Mark menoleh, "kenapa?"

"perasaanku tidak enak, apa kita yakin akan ke kanada? Perasaanku seperti seakan akan aku akan kehilangan sesuatu" Mark memainkan tongkatnya

Mendengar itu, ibunya menghampiri Mark, "tak akan ada yang hilang"

"tapi—"

"sudahlah.. Kamu tidur ya, besok kita harus berangkat kan, ibu tidak mau kalau kamu kelelahan karena kurang tidur" Ibu Mark membaringkan tubuh anaknya lalu menyelimutinya

"ibu, kenapa aku jadi takut?"

Ibunya tak bisa menjawab pertanyaan Mark

"tetaplah bersamaku bu. Entah kenapa aku yakin jika aku melihat nanti aku akan kehilangan sesuatu, dan jika benar itu terjadi tolong kuatkan aku." Mark tersenyum sebelum kembali berucap, "ibu adalah seseorang yang bisa membuatku terus hidup dan bahagia" lalu Mark tersenyum dan memejamkan matanya.

Mendengar itu, ibu Mark hanya tersenyum sangat sangat lembut dan membelai surai hitam anaknya yang mulai terlelap. Sampai akhirnya ponsel milik Ibu Mark berdering dan tertera nama 'wendy' di sana

"hallo.. Ada apa?"

"kak.. Besok aku akan  jemput di bandara"

"baiklah"

"aku membawa renjun juga.. Sampai nanti kak"

Lalu telfonnya pun dimatikan sepihak

Ibu Mark kembali memperhatikan anaknya yang sedang tidur dengan tenang dengan nafas yang teratur.

.
.
.

Mark gak cape apa ganteng terus?:")

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Mark gak cape apa ganteng terus?:")

Buat anak orang dugun dugun aja

.
.
.

.
.
.

TBC
ayo di vote sama komen
Makasih semua!!!
.
.
.

TBCayo di vote sama komen Makasih semua!!!

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

.
.
.
Tunanetra [MarkLee]
Chapter 24
.
.
.

tunanetra [•MarkLee•][END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum