Kehidupan yang amat sangat terasa gelap dirasakan oleh pemuda satu ini.
Mark, seorang pemuda yang mengalami gangguan pada penglihatannya hingga menyebabkan kebutaan membuat hidupnya terlihat menyedihkan. Namun, ia bersyukur karena ia masih memliki o...
Gadis cantik satu ini sedang berfikir dengan keras banhkan sampai mengeluarkan keringat dinginnya, di dalam hatinya ia menyumpah nyerapahi guru yang ada di depan seluruh murid karena telah mengadakan ulangan mendadak ditambah lagi soal soal yang sangat rumit. Lexa mengetuk-ngetukan jarinya dan sesekali melihat arloji yang dipasang di lengan kanannya.
"Arrghhhh.... istirahat kapan sih? mana soal soalnya susah lagi! satu pertanyaan isinya beranak!" Lexa mengacak ngacak rambutnya frustasi. ya, Lexa sangat membenci mata pelajaran satu ini, ia lebih memilih sejarah atau seni dibandingkan harus mengerjakan soal yang mempunyai banyak rumus. Ia menyesal telah memilih pelajaran IPA yang sama rumitnya dengan kehidupannya.
Tuk
Salah satu teman dekat Lexa melempar secarik kertas ke arah kepala Lexa, awalnya Lexa malas membuka karena ia tahu pasti temannya itu meminta jawaban. Namun, ternyata tidak, temannya itu malah memberi semua jawaban dari soal soal yang membuat Lexa ingin menggantungkan dirinya di taman belakang sekolah. Lexa langsung menyalin jawaban tersebut dan tepat setelah dia menyelesaikannya, bel istirahat berbunyi.
"kertas ulangan dikumpulkan di ketua kelas ya!"
Guru fisika itu memerintah lalu meninggalkan kelas. Ketua kelas yang tadi dipertintah oleh guru langsung bergerak mematuhi perintah. Sebelum mengambil lembar kerja milik Lexa, Lexa menahan lengan ketua kelas tersebut
"nanti kalau kamu ketemu sama pak adam tolong bilangin 'pak, kata Lexa nanti lagi jangan menyiksa murid dengan pertanyaan pertanyaan mematikan seperti ini'" ia berbicara dengan suara yang lumayan besar dan dengan wajah polosnya yang langsung diikuti tawaan dari teman temannya Lexa meyadari sedang ditertawakan akhirnya melemparkan tatapan tajamnya ke arah teman temannya.
Lexa merangkul Evelyn- sahabatnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Menurut evelyn, sosok sahabatnya ini sangatlah menyebalkan dan suka menjahili orang, namun Evelyn nyaman berada di dekat Lexa karena menurutnya Lexa itu bukan type orang yang datang hanya butuhnya saja, Lexa siap untuk mendengarkan segudang ceritanya dan menyemangatinya saat ia sedih ataupun susah.
Lexa lumayan terkenal di sekolahnya karena sikapnya yang konyol dan sifat ramahnya, ya.... walaupun ia sering menjahili teman temannya yang tidak berdosa.
.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, dimana bel pulang berdering dan seluruh siswa siswi berbondong bondong untuk pulang ke rumahnya masing masing. Entah kenapa Lexa berbeda dengan teman temannya yang sangat semangat ketika pulang sekolah, ia sangat membenci deringan bel pulang, entah karena di rumahnya membosankan atau keadaan rumahnya yang memang kacau...
Lexa dan Evelyn baru keluar dari kelasnya setelah dirasa sudah cukup sepi, memang sudah menjadi kebiasaan mereka, menunggu semuanya keluar dan yang terakhir keluar adalah mereka berdua.
"Lexa, kamu mau nganter aku gak?"
Merasa ada yang mengajaknya berbicara lantas yang ditanya pun menoleh dengan raut wajah datar– tidak! tapi dengan raut sedih yang bisa terbaca oleh Evelyn
"kamu malas kan di rumah? kamu mau ngantar aku ke sekolah sepupu aku gak? sekalian main ke rumah aku, kan besok libur!"
"boleh! ayok!"
Mendengar itu, Lexa langsung bersemangat dan kembali tersenyum lebar sampai menampilkan gigi rapi dan putihnya.
.
Evelyn menyuruh Lexa untuk diam di depan gerbang sekolah tempat dimana sepupu dari Evelyn bersekolah. Awalnya Lexa tak menyadari papan nama sekolah itu, namun saat ia membaca dengan teliti itu adalah sekolah SLB. 'SLB?' hati Lexa bertanya tanya
Puk
Lexa terkejut dengan kehadiran sahabatnya yang hadir secara tiba tiba, namun saat Lexa menoleh dia benar benar terkejut karena Evelyn membawa orang yang dirasa sudah familiar di mata Lexa
"mark?!" Lexa membulatkan matanya karena terkejut
Walaupun mark tidak bisa melihat siapa yang membicarakan namanya, namun ia bisa mendengar dari suara yang juga sudah familiar di telinga mark. Walaupun mereka baru bertemu satu kali tapi mereka sudah mengenal dekat satu sama lain.
"Lexa?"
Evelyn menatap bergantian pada Mark dan Lexa, sungguh ia tak mengerti apa yang gerjadi. Melihat sahabatnya kebingungan, akhirnya Lexa menjelaskan bagaimana ia bisa mengenal Mark begitupun sebaliknya
Setelah menjelaskan pertemuan Mark dan Lexa, Evelyn hanya mengangguk tanda mengerti.
"kenapa kamu gak bilang kalau kamu punya sepupu?" Lexa berbicara dengan nada ketus. Mereka berjalan di pinggir jalanan kompleks
"ya karena... aku rasa itu gak penting" jawaban Evelyn membuat Mark berhenti dari jalannya
"oh... jadi selama ini aku itu gak penting ya?" Mark memberhentikan langkahnya lalu memasang wajah yang pura pura sedih
"eh? bukan gitu Mark... ah kamu suka salah paham gini" Evelyn menarik pelan lengan Mark agar terus berjalan
"Menurut Evelyn kamu nggak penting, tapi menurut aku kamu penting, Mark."