Bukalah Matamu [End]

900 78 17
                                    

.
.
.
selamat membaca:D
enjoy~
.
.
.

"open your eyes~"

Suara seorang perawat itu sangat lembut tapi Mark masih tidak mau membuka mata setelah dokter membuka perban yang melilit area matanya, ia masih meremat tangan Wendy di sampingnya

"tak apa Mark.. buka matamu" kali ini Wendy yang berbicara

Mark pun melepaskan genggaman tangannya pada Wendy dan dengan perlahan membuka matanya sedikit demi sedikit, "gelap" ucapnya

Wendy pun terkekeh lalu melepas tangan Mark yang telah menutupi matanya sendiri, "bagaimana tidak gelap jika kamu menutup mata dengan tanganmu sendiri?"

Setelah membuka matanya, Mark menunduk memperhatikan tangannya sendiri yang bergetar, tak terasa sudut bibirnya membentuk lengkungan manis dan matanya pun terasa panas, "akhirnya.." Mark mengangkat kepalanya melihat Wendy yang tersenyum bahagia lalu pandangannya beralih ke seorang dokter, "Th- thank you so much, doctor."

Pria yang tadi disebut Dokter pun tersenyum lalu menepuk pundak Mark sebelum dirinya pergi dari ruangan Mark.

Mark memeluk Wendy dengan erat, "terimakasih sudah mau menemaniku" ia tidak pernah merasa sebahagia seperti sekarang ini

mendengar itu, wanita yang tadi di peluk mark hanya bisa tersenyum.

'kakak... apa kamu merasa senang juga?'

.
.
.

.
.
.

Tiga minggu setelah kejadian itu, Mark, Wendy, dan Renjun memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Jangan di tanya lagi bagaimana perasaan Mark, dia sangat senang sekali bisa melihat indahnya dunia, dia tidak perlu merepotkan orang lain lagi, dan dia juga bisa menjaga orang yang dia sayang sesuai pesan ibunya.

.

Mark membantu Wendy membereskan rumahnya, dan menyiapkan kamar yang akan di pakai. setelah selesai, Mark pun melirik ke suatu tempat dimana ia menaruh gitar kesayangannya, ia mengambil gitar tersebut lalu duduk di kursi, dengan perlahan ia memetik gitarnya lalu memejamkan mata merasakan keadaannya saat dulu saat ia tidak bisa melihat apa apa. ia mengingat ibunya, ia mengingat betapa lembut ibunya selama ini

'kenapa ibu tidak ikut aku ke sini ya? padahal aku belum sempat pamit pada ibu' batin Mark

ya, saat itu Mark ingin sekali bertemu dengan ibunya namun Wendy maupun Renjun selalu menahan Mark dengan alasan jika ibunya sedang bekerja di luar kota, itu membuat Mark sedikit bingung namun ia percaya pada kedua saudaranya kalau ibunya tidak apa apa, jadi Mark hanya menitipkan pesan untuk ibunya.

Tiba tiba, lamunannya terbuyarkan dengan sekelibat fikiran tentang kekasihnya—Lexa, tanpa berfikir panjang, Mark mengambil ponsel yang baru saja dibelinya, ia memasukan nomor telfon Evelyn ke dalam kontaknya.

"hallo.."

"ya, ada apa?"

"Evelyn, ini aku Mark. Aku sudah kembali dari kanada dan sekarang aku berada di rumah, tolong jemput aku dan kita ke rumah Lexa"

tunanetra [•MarkLee•][END]Where stories live. Discover now