2

3.4K 234 21
                                    

Musik berdentam cukup keras memekakan telinga. Gemerlap lampu club malam membuat suasana semakin meriah. Puluhan pasangan muda-mudi telah ikut terlarut di dalamnya, bergoyang seirama sambil berpelukan mesra.

Yujin memicingkan matanya, menatap jengah lautan manusia yang ada di depannya. Yujin bukanlah orang yang suka dengan dunia malam, pemuda itu lebih sering menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan. Membaca buku tentang ilmu kesehatan yang sangat disukainya.

Namun malam ini, Yujin sengaja meninggalkan rutinitasnya. Memasuki dunia malam yang kata banyak orang menjanjikan banyak kesenangan. Hanya malam ini, malam di mana tepat 7 tahun lalu Yujin merasakan sakitnya dicampakan. Bukan untuk mengenang, hanya bertekat untuk melupakan.

Meskipun Yujin tahu, semuanya akan berakhir sama dengan malam di tahun-tahun sebelumnya. Kenangan itu akan terus datang dan menggerogoti hatinya yang telah terluka.

Sama sekali tidak ada gunanya. Yujin tersenyum miris kemudian kembali meneguk brendynya rakus. Membiarkan tenggorokannya terasa panas oleh minuman keras tersebut. Yujin tahu, kesadarannya mulai berkurang dan sepertinya memang itulah tujuan sebenarnya.

"Ya! Gwaenchana?" Yujin mendongak kemudian menyunggingkan senyumnya. Tangan kanannya terangkat, berusaha menyampaikan signal bahwa dia baik-baik saja, meskipun pada kenyataannya, namja itu hampir 50% kehilangan kesadarannya.

"Kau terlihat sangat menyedihkan." Pemuda di depannya bergumam pelan kemudian memilih untuk ikut duduk di dekat Yujin, "Ayolah Yujin, 7 tahun bukankah sudah cukup bagimu untuk melupakannya? Kau bukan lagi anak SMA yang harus mengemis cinta pada seorang wanita. Kau seorang dokter muda, calon pemilik rumah sakit terbesar di Korea. Haruskah kau terlihat lemah hanya karena seorang wanita?"

Yena mendengus gusar, berusaha membuka mata sahabatnya. Ahn Yujin bukanlah pria berparas jelek tanpa mesa depan, justru sebaliknya. Yujin pria tampan berperawakan Tinggi dengan tubuh atletis dan mata berkilat tegas, serta dimple sebagai pesona yang tak terelakkan.

Yujin putera dari seorang pemilik rumah sakit terbesar di Korea. Prestasinya juga cukup membanggakan. Usianya baru menginjak 25 tahun, tetapi karirnya sebagai seorang dokter benar-benar sangat cemerlang. Tanpa perlu bersusah-susah, Yujin bisa mendapatkan semua wanita cantik di Korea kalau dia mau.

Tetapi lihat apa yang terjadi, pria paling diminati di seluruh negeri itu hanya sibuk menghabiskan malamnya seorang diri. Menolak menjalin hubungan dengan semua wanita yang berlomba-lomba mendapatkan perhatiannya.

Bagi Yujin cintanya hanya untuk satu orang dan itu tidak akan berubah, meskipun orang itu telah jauh meninggalkannya. Mencampakannya demi sebuah karir keartisannya.

"Aku sangat mecintainya" Yujin mulai bergumam tak jelas. Yena hanya bisa mengendikkan bahunya kesal sembari meneguk minumannya, menemani sahabatnya yang sebentar lagi mulai mengoceh panjang lebar tentang Min joo, mantan kekasihnya.

Yujin menatap nanar gelas kosongnya, pikirannya kembali melayang pada perstiwa 7 tahun silam. Yujin muda yang saat itu telah memasuki tingkat akhir di sekolahnya. Begitu bersemangat ketika kakak tingkatnya memintanya untuk berkencan di tengah malam bersalju.

Pemuda berlesung pipi itu telah menyiapkan semuanya, sebuah cincin emas sebagai pengingkat antara dia dan Jung Min joo, mungkin terlalu berlebihan untuk pemuda seusianya, tapi Ahn Yujin benar-benar serius dengan apa yang akan dilakukannya.


*Flashback*

"Kau sudah menunggu lama?" Yujin datang dengan nafasnya yang sedikit terengah. Kepulan asap putih terlihat jelas dari mulutnya, pemuda tampan itu kedinginan namun sekuat tenaga berusaha dilawannya.

TIMING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang