11

1.4K 227 89
                                    

Seungyeon sesekali tersenyum melihat wajah Minju yang nampak berseri-seri karena kontrak yang ia tawarkan. Pemuda itu memberikan perjanjian kontrak yang sangat menggiurkan untuk bisa ditolak.

Minju dijanjikan akan debut dalam waktu dekat. Belum lagi perjanjian pembuatan 5 buah album untuk 5 tahun masa kontraknya. Mimpinya untuk menjadi seorang penyanyi semakin mendekati kenyataan. Minju merasa sengat bersemangat dan juga bahagia.

"Seungyeon hyung akan membantumu debut dalam beberapa bulan ke depan Minju. Mimpimu akan segera menjadi kenyataan setelah ini." Jaemin tersenyum manis menatap Minju yang terlihat bahagia, pemuda tampan itu kemudian menatap Seungyeon dan melemparkan senyuman puasnya.

Seungyeon mengangguk sebelum kemudian berdehem pelan menarik perhatian Minju, "Aku dengar kalian akan menikah? Sejujurnya itu sangat tidak baik bagi artis baru seperti Minju, kecuali jika kalian bersedia menutupi sebentar status kalian. Setidaknya sampai Minju mengeluarkan album perdananya."

Minju menatap ragu ke arah Jaemin, namun pria itu masih tersenyum lembut sembari mengusap pucuk kepala Minju, "Tidak apa-apa hyung, itu bukan masalah untukku. Yang terpenting adalah Minju bisa meraih impiannya." Ucap Jaemin sembali mengerling lembut ke arah Minju.

"Yeah,, terserah kau saja. Asal kalian tidak buru-buru punya anak. Minju-ya sebaiknya kau memastikan untuk tidak hamil dulu, okay?" Seungyeon tertawa lepas tanpa memperdulikan wajah Minju yang tiba-tiba berubah tegang.

Jaemin menatap tangan Minju yang tiba-tiba saja gemetar. Yeoja itu mendadak pucat setelah mendengar ucapan seungyeon. Jaemin merangkul pundak Minju lembut, "sayang, gwaenchana?"

Minju menelan berat salivanya, yeoja cantik itu menatap intens kedua manik Jaemin. dia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jaemin tentunya juga paham maksud Minju. Pria berambut pirang itu berusaha menenangkan Minju.

Mimpi besarnya telah berada di depan mata, tapi entah kenapa untuk meraihnya tidak semudah seperti yang dia idam-idamkan? Mana yang harus Minju pilih sekarang? Mimpinyakah? Atau calon anaknya?

Jaemin menggenggam erat tangan Minju, seakan menuntun Minju untuk memilih keputusan yang paling baik untuknya. Jaemin menyerahkan sebuah pulpen di tangannya. Tanpa kata, Minju tahu bahwa Jaemin menuntun Minju untuk memilih mimpinya. Jaemin tersenyum lembut, "semuanya akan baik-baik saja, Minju. Percayalah kepadaku."

Minju menatap lembaran dokumen yang ada di depannya. Tangan kanannya menggenggam bulpoin dengan gemetar. Minju memejamkan kedua matanya beberapa saat, mencoba menimbang keputusan mana yang akan diambilnya. Perlahan, Minju mulai membuka kedua matanya, 'maafkan aku Yujin-ssi, maafkan eomma baby.'

Jaemin tersenyum puas ketika melihat Minju menandatangani surat kontrak itu. Kedua matanya beralih menatap Seungyeon yang juga tersenyum menang di depannya. Terima kasih, hyung. Aku berhutang kepadamu.

.







.








.

Tirai panggung mulai terbuka, Yujin menegakkan tubuhnya ketika sosok Minju telah keluar dengan gitar putihnha. Yeoja itu nampak cantik dengan balutan gaun satin berwarna merah. Rambut panjangnya yang berwarna senada dengan gaunnya dibiarkan tergerai membingkai paras cantiknya.

Yujin sulit berkedip bahkan sedetikpun ketika melihat sosok Minju dengan segala pesonanya. Tatapan mata itu terus terpaku pada sosok Minju yang berada di atas panggung tersebut.

Suara denting gitar mulai mengalun lembut di atas panggung. Membentuk sebuah harmonisasi yang indah dengan suara merdu dari Kim Minju. Yujin memejamkan matanya, menikmati tiap bait lagu yang dinyanyikan oleh Kim Minju. lagu yang sama yang pernah ia bawakan untuk Jung Min joo. Lagu yang menggoreskan kenangan indah di dalam hatinya, namun disaat bersamaan juga meninggalkan bekas luka yang semakin dalam.

TIMING (END)Where stories live. Discover now