14

1.4K 194 28
                                    

Yujin hanya bisa menundukkan kepalanya di depan meja makan besar yang ada di dalam mansionnya. Ia telah mengganti triningnya dengan pakaian mahal yang menunjukkan kelas sosialnya. Di depannya duduk seorang yeoja anggun dengan selembar roti gandum dan selai kacang kesukaannya. Tidak lupa minuman bersoda favoritnya.

Yujin mendesah pelan menuntut perhatian, tapi yeoja paruh baya itu seolah tuli dan terus mengolesi rotinya dengan gaya khas kebangsawan.

"Berteriaklah kalau kau marah padaku." Yujin menggeram frustasi. Wanita terhormat itu menghentikan aktifitasnya. Menatap Yujin melalui ekor matanya. Bibir kecilnya hanya mengulum senyum namun tidak berniat untuk menjawab rengekan anak kesayangannya tersebut.

"Eomma!" Yujin sedikit berteriak kali ini, membuat yeoja paruh baya itu meletakkan rotinya di atas piring.

"Dokter Ahn Yujin. Apa kau masih anakku sekarang?" suara nyaring itu terdengar menggema. Yujin menatap tajam wajah cantik eommanya. Wanita itu memang cukup mengerikan, ucapannya yang ketus dan juga tegas terkadang membuat Yujin kewalahan. Namun di sisi lain, dia tahu bahwa eommanya itu sangat menyayanginya.

"Aku minta maaf. Banyak hal yang harus aku lakukan belakangan ini." Eunbi, wanita anggun itu terdiam, menunggu puteranya melanjutkan ceritanya. Namun setelah beberapa menit menunggu Yujin tidak kunjung melanjutkan ceritanya. Eunbi hanya bisa mendesah pelan, kemudian mengalihkan pandangannya dari Yujin. Kembali mengolesi roti gandumnya dengan selai kacang.

"Kau masih mengingatnya? Karena itu kau tidak pulang beberapa hari ini?"

Yujin mendongak, seketika ia teringat akan sesuatu. Ia teringat akan akar masalah kenapa dia bisa terjebak dalam situasi aneh ini. Yujin tidak heran eommanya bertanya tentang itu.

"Jangan menatap eomma seperti itu Yujin-ah, apa kemarin kau benar-benar menghabiskan waktu di luar hanya untuk melupakan kenangan hari itu?" Kali ini Yujin terkejut melihat ekspresi kasihan dari paras cantik eommanya. Pemuda tampan itu hanya bisa tersenyum miris di depan eommanya.

Ini sudah hampir 7 tahun, tidak heran eommanya ingat betul hari di mana ia akan menjadi sosok yang paling rapuh dan terluka karena kenangan sakit hatinya 7 tahun silam. Untuk sekian detik Yujin merasa sangat bersalah kepada eommanya.

"Yujin-ah~"

"Aku tidak apa-apa eomma." Yujin memotong ucapan eommanya. Wanita cantik itu menatap lembut kedua mata putera semata wayangnya.

"Akan lebih baik jika kau cepat-cepat mendapatkan wanita dan mengenalkannya pada eomma."

Yujin hampir tersedak kopi ketika eommanya mengucapkan kata-kata itu, "Apa eomma akan menerima siapapun wanita yang aku kenalkan pada eomma?"

Eunbi menatap Yujin dengan tatapan curiga, namun beberapa detik kemudian ekspresi wanita cantik itu kembali berubah angkuh, "Tergantung pada wanita seperti apa yang kau ajak untuk menemui eomma." Tutupnya singkat tanpa berniat untuk membuka pembicaraan kembali dengan puteranya.

Yujin terdiam sesaat, apakah dia benar-benar siap mengenalkan Minju pada eommanya? Yujin harus memikirkan hal itu bukan? Karena pemuda itu telah berjanji untuk menikahi Minju, meski orang yang diajaknya menikah sama sekali belum berniat untuk menerimanya.

.



.




.

Yena menghentikan mobilnya di depan sebuah apartemen tua. Disebelahnya, duduk seorang yeoja imut dengan wajah polosnya. Ia berusaha melepaskan seatbelt yang melingkar di tubuhnya.

"Apa ini tempat tinggal Minju?" Yena menatap heran pada bangunan nyaris roboh yang ada di depannya. Bukan bermaksud menghina, tapi tempat tinggal Minju memang jauh dari kata layak menurut orang kaya sepertinya.

TIMING (END)Where stories live. Discover now