9

1.4K 208 143
                                    

Jaemin segera meninggalkan kantornya sesaat setelah mendengar kabar dari Yuri. Pemuda tampan berambut pirang itu segera melajukan mobil mewahnya menembus keramaian di jalan raya kota Seoul.

Jaemin sangat mencemaskan keadaan Minju, yeoja itu tidak pernah pingsan sebelumnya, dia sangat kuat dan selalu menjaga kesehatannya. Mendengar kabar bahwa Minju jatuh pingsan tentu saja membuat Jaemin berpikir yang macam-macam. Dia sangat takut jika terjadi hal yang buruk pada calon istrinya tersebut.

.





.






.

Yujin telah selesai mengechek riwayat kesehatan Minju, yeoja itu tidak punya riwayat penyakit yang berbahaya kecuali maag. Kondisi kesehatannya juga normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keadaan Minju. Semuanya normal dan baik-baik saja.

Satu hal yang membuat Minju jatuh pingsan adalah karena perubahan fisiknya yang secara tiba-tiba. Yujin telah memastikan hasil test darah Minju, dia tidak mungkin salah. Wanita yang kini tengah terlelap di depannya ini tengah mengandung dan jika perhitungannya tepat, janin yang sedang ada di dalam perut Minju tidak lain dan tidak bukan adalah hasil dari benihnya.

Yujin mendesah pelan kemudian menarik sebuah kursi dan meletakkan di samping ranjang Minju. Dokter muda itu duduk termenung sambil menunggu Minju tersadar dari pingsannya. Yujin tersenyum lega ketika melihat raut wajah Minju yang mulai kembali normal. Semburat-semburat merah mulai kembali menghiasi wajah putihnya, entah apa yang mendorong Yujin, pemuda tampan itu berani menggenggam tangan Minju dan mengusap pucuk kepalanya lembut.

Pandangan Yujin beralih ke perut rata Minju, ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya ketika menatap bagian tubuh itu. Benihnya tengah tumbuh di dalam sana, janin yang akan menjadi calon bayinya, seorang Ahn junior dan entah kenapa itu membuat perasaan Yujin berubah menghangat.

Minju merasakan adanya sentuhan-sentuhan lembut di tubuhnya. Yeoja itu mulai menggerakkan-gerakkan kedua matanya, berusaha untuk meraih kesadarannya. Kedua mata indah itu mulai terbuka, Minju mengamati setiap sudut ruangan tempat ia berada. Minju menggerakkan kepalanya dan menatap Yujin yang telah berada di sampingnya. Pemuda tampan itu tersenyum ramah dengan pakaian khas dokternya, kacamata tebal yang dipakainya benar-benar menambah kesan tampan dan juga berkharisma di mata Minju.

"Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu? Apa ada bagian yang sakit?"

Minju masih terlalu ling-lung untuk mengingat apa yang telah terjadi padanya, yeoja cantik itu hanya mendesah kecil ketika merasakan nyeri di bagian kepalanya. Yujin menyentuh kepala cantik Minju dan memijitnya lembut, "Kau jatuh pingsan tadi, mungkin kepalamu sakit karena terbentur lantai. Apa sekarang kau sudah merasa baikan?"

Nada lembut itu terdengar sangat menenangkan bagi Minju, yeoja cantik itu mengangguk pelan dan menikmati pijitan Yujin di bagian kepalanya, "Gomawo" lirih Minju masih dengan suara paraunya.

Minju menerjapkan kedua matanya canggung ketika Yujin menatapnya dengan intens. Pandangan mata Yujin terkesan tajam dan menuntut, namun juga lembut dan penuh kasih. Minju tidak pernah bertatapan dengan pemuda lain seintens itu selama ini, kecuali Jaemin yang merupakan sahabatnya sejak kecil. Ada perasaan aneh yang memenuhi hatinya, perasaan yang bahkan tidak pernah dirasakannya pada Jaemin.

"Kenapa menatapku seperti itu? Kau membuatku takut." Seloroh Minju sembari mengalihkan pandangannya dari sosok Yujin.

Yujin menghembuskan nafasnya berat, lalu membuka suaranya, "Minju-ssi, ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Ini menyangkut tentang kau, aku dan masa depan kita."

Minju mengernyitkan dahinya, "Masa depan kita? Apa maksudmu dengan masa depan kita?"

"Kau hamil dan kemungkinan besar ayah dari janin itu adalah aku."

TIMING (END)Where stories live. Discover now