13

1.4K 211 56
                                    

Yujin merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size di dalam kamarnya. Wajah pucatnya terlihat semakin berantakan setelah hampir semalaman ia berusaha tidur dengan posisi yang kurang nyaman di atas sofa milik Minju.

Pemuda itu semalaman menemani Minju di rumahnya, meski kemudian dia harus segera pulang sebelum sang pemilik rumah terbangun dan menyadari kehadirannya.

Yujin berusaha memejamkan kedua matanya. Meski tubuhnya terasa lelah dan meminta untuk diistirahatkan. Namun otaknya masih saja terus memikirkan hal yang sama sejak semalaman. Yujin bangkit dari tidurnya. Menggumamamkan sebuah nama yang disebut Minju sesaat sebelum tidurnya.

"Jaemin. Jaemin. Jaemin. Apa yang dilakukan pria itu kepadamu?"

Yujin terdiam cukup lama sebelum kemudian meraih ponsel di saku celananya. "Hyung. Apa kau bisa membantuku?"

"...."

"Ne, ini tentang Minju dan Jaemin. apa kau tahu sesuatu tentang mereka?"

.









.







.

Yuri baru saja bersiap untuk pergi menjenguk Minju ketika di depan pintu rumahnya telah berdiri sesosok namja tampan dengan senyum kekanakannya. Yuri mengernyitkan dahinya, namun beberapa detik kemudian ia teringat pada sosok tampan selain Yujin yang secara tidak sengaja ia temui di café beberapa hari yang lalu.

"Kau?"

"Yena imnida." Sapanya ramah sembari melemparkan senyuman manisnya ke arah Yuri. Yeoja mungil itu hanya tersenyum canggung dan menganggukkan kepalanya sebagai simbol perkenalan.

.








.








.

"Jadi, Jaemin adalah calon suami Minju dan dia adalah orang yang sama yang menjebak Minju?" Yena hampir tidak mempercayai penjelasan Yuri, "Ada apa dengan orang itu? Memberikan obat itu kepada kekasihnya. Apa itu masuk akal?"

Yuri mengendikkan bahunya. Keduanya kini duduk tenang di sebuah café tidak jauh dari rumah Yuri. Yena memang sengaja menemui Yuri, Yujin memintanya mencari informasi tentang Minju dan juga Jaemin. Tentu saja Yena tidak keberatan, mengingat Yujin adalah sahabat baiknya, dan setelah kejadian beberapa hari Yujin tidak pulang ke rumah, Yena paham kenapa Yujin meminta bantuan kepadanya.

"Keundae, Yena-ssi, kenapa bukan Yujin sendiri yang langsung datang dan menanyakannya kepadaku?" tanya Yuri penasaran.

"Ah,, itu karena eommanya. Sudah beberapa hari ini Yujin selalu pulang terlambat dan kemarin, aku dengar dia juga tidak pulang. Dia pasti tidak akan bisa keluar rumah dengan mudah. Karena itu dia meminta aku untuk membantunya."

Yuri membulatkan bibirnya membentuk huruf 'O' tanpa suara. Secara tidak sengaja Yena melihat Yuri mengerucutkan bibirnya. Meski tidak secantik Minju, tetapi Yuri memiliki aura yang sangat menarik dengan kepolosan serta keimutannya.

Tanpa sadar Yena menyunggingkan senyuman casanovanya. Yuri merasa sedikit salah tingkah karena terus diperhatikan. Kedua pipinya mendadak menghangat, seiring dengan munculnya rona kemerahan di permukaan pipi bulatnya.

Yena menyesap kopinya tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Yuri, "Lalu di mana Jaemin sekarang?" lanjutnya setelah meletakkkan cangkirnya kembali di atas meja.

"Huh? Oh,,, mollayo. Aku tidak melihatnya setelah pertengkarannya dengan Minju. Dia juga tidak berusaha mengejar Minju. Kua tahu, sebenarnya Jaemin adalah pria yang baik. Dia selalu menjaga dan melindungi Minju. Baginya Minju adalah segalanya. Dia akan selalu melakukan apapun untuk Minju."

TIMING (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora