20

1.4K 195 28
                                    

Minju melebarkan kedua matanya ketika menyadari ada orang lain yang telah menunggunya di sana. Yujin yang menyadari Minju tak kunjung bergerak mencoba mengikuti arah pandangan Minju.

Na Jaemin telah berdiri di depan mereka. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Yujin meilirik sosok Minju yang berdiri di depannya. Yeoja itu terus menatap Jaemin dengan pandangan yang sangat sulit diartikan.

"Untuk apa kau ke sini?" Jaemin sebisa mungkin menahan rasa sakit di ulu hatinya, ketika Minju menyambutnya dengan tatapan dingin dan pertanyaan sinis. Pemuda jangkung itu berusaha untuk tetap tersenyum meski bibirnya terasa sulit untuk digerakkan.

"Aku dengar kau baru saja keluar dari rumah sakit. Apa kau baik-baik saja?" Jaemin menatap Minju dengan tatapan cemas yang tidak mengada-ada. Dia sungguh-sungguh mencemaskan Minju, orang yang benar-benar dicintainya.

"Kau tidak perlu mencemaskanku. Aku akan menjadi jauh lebih baik jika kau tidak datang ke sini dan menggangguku."

Lagi-lagi kata-kata pedas itu keluar dari mulut manis Minju, Jaemin menelan berat salivanya. Merasa terintimidasi dengan tatapan Minju yang penuh dengan kebencian. Jaemin berusaha menghindari tatapan Minju, sampai kemudian dia mendapati sosok Ahn Yujin yang masih berdiri di belakang Minju. Menatapnya dengan tatapan mengejek penuh kemenangan.

Tiba-tiba saja Jaemin berubah naik pitam. Ia sangat kesal melihat tatapan menghina yang ditujukan Yujin kepadanya. "Baiklah jika itu maumu. Aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa Seungyeon mendatangiku. Dia mengatakan bahwa dia telah mengetahui semuanya."

DEG

Minju berusaha mengatur nafasnya, Jaemin merasa menang melihat ekspresi kecemasan yang tidak sengaja dintunjukkan Minju di depannya.

Jaemin melanjutkan kata-katanya, hanya saja kali ini terkesan lebih lembut tetapi penuh dengan penekanan, "Seungyeon hyung telah mengetahui bahwa kau sedang hamil sekarang. dan dia berencana untuk melayangkan tuntutan pada kita karena telah melanggar kesepakatan kontrak."

Minju semakin menegang, dia hampir saja melupakan perjanjian kontrak dengan perusahan rekaman yang akan mendebutkan dirinya sebagai penyanyi. Membayar ganti rugi tentunya bukan perkara mudah baginya. Dia hanya seorang penyanyi bar, gajinya sebulan tentu tidak bisa diandalkan untuk membayar biaya denda atas pelanggaran kontrak yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Yujin menyadari perubahan ekspresi yang dtunjukkan Minju. Pemuda tampan itu berjalan mendekati Minju dan melingkarkan lengannya di bahu Minju seolah ingin melindunginya, "Kau tidak perlu cemas Na Jaemin-ssi. Aku yang akan menyelesaikan masalah ini dan membebaskan Minju dari segala tuntutan."

Baik Jaemin dan Minju kompak menatap terkejut ke arah Yujin. Hanya saja Jaemin menatap Yujin dengan cara yang berbeda. Jaemin mengepalkan tangannya membuat seluruh urat nadinya tercetak jelas di permukaan kulit putihnya. Namja berambut pirang itu ingin sekali mematahkan leher Yujin karena dengan seenaknya memeluk tubuh mungil Minju di depan matanya.

"Ini semua bukan hanya masalah uang." Jaemin memberi jeda pada kalimatnya, matanya menatap nyalang ke arah Yujin seolah-olah ingin menelan pemuda tampan itu bulat-bulat. Yujin hanya membalas tatapan Jaemin dengan seringai kemenangan, membuat namja itu memilih untuk mengalihkan tatapannya ke arah Minju dan mengabaikan Ahn Yujin.

"Ini semua tentang mimpimu Minju." Jaemin memberi jeda pada kalimatnya. Kedua matanya menatap Minju dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. "Aku sedang berusaha agar kau bisa mendapatkan mimpimu." Ujarnya penuh ketulusan.

Minju mendongakkan kepalanya, kedua iris kelamnya bertatapan langsung dengan iris Na Jaemin. Pemuda tampan itu kembali membuainya dengan mimpi-mimpi besarnya. Minju sekuat tenaga untuk tidak tergoda, bagaimanapun juga ia sudah berjanji kepada ibunya untuk selalu menjaga bayi itu.

TIMING (END)Where stories live. Discover now