19

1.2K 199 107
                                    

Bunyi denting gelas yang bertabrakan dengan sendok perak terdengar menggema di dalam ruangan megah tersebut. Tidak ada yang berani membuka suara terlebih dulu. Minju duduk terdiam di samping Yujin. Merasa kecil di hadapan nyonya Ahn Eunbi yang terus menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Minju berulangkali menelan salivanya dengan susah payah. Pendingin ruangan yang dinyalakan untuk menghalau hawa panas membuat atmosfer di sana semakin terasa mencekam. Minju bahkan terlalu kikuk untuk menikmati indahnya design interior yang disajikan di dalam mansion megah tersebut. Bahkan tepukan pelan tangan kekar Yujin di bahunya tidak sedikitpun mengurangi kegelisahan di dalam hatinya.

Minju kembali menelan salivanya, menjaga kerongkongannya agar tetap kering sehingga dia bisa bersuara dengan normal. Sungguh dia sangat benci dengan perjamuan seperti ini.

Tring!

Eunbi kembali meletakkan cangkirnya di atas meja kaca. Yeoja cantik itu menyilangkan kakinya tanpa melepaskan tatapannya dari sosok Kim Minju. Eunbi melirik putera semata wayangnya, merasa sedikit jengah dengan sikap Yujin yang terus menempel pada Minju. Wanita paruh baya itu menarik nafasnya dengan gaya anggun sebelum kemudian membuka suara nyaringnya.

"Yujin-ah, kau tidak kembali ke Rumah sakit? Kau seorang dokter, jadi jangan seenaknya meninggalkan pekerjaanmu."

Yujin menyipitkan kedua matanya. Menyadari gelagat mencurigakan dari wanita yang menjadi ibunya tersebut.

"Eomma tidak perlu cemas ada dokter Kim yang bisa menggantikan aku." Jawabnya cukup tegas.

"Tetap saja, tidak seharusnya kau meninggalkan pekerjaanmu. Cepat kembali ke rumah sakit. Lagipula kami akan lebih nyaman berbicara tanpa dirimu. Benarkan nona Kim Minju."

Minju mendongak, menyadari tatapan Eunbi yang seolah memerintahnya untuk menyetujui perkataanya. Tanpa sadar ia mengangguk mengiyakan membuat Yujin semakin menatapnya dengan cemas.

"Kau yakin?" Yujin berbisik untuk memastikan.

"Kau pergilah, aku tidak apa-apa."

Yujin membuang nafasnya berat. Namja tampan itu kembali melemparkan tatapan protesnya ke arah Eunbi. Namun Nyonya Ahn itu hanya mengendikkan bahunya dan tersenyum penuh kemenangan. Yujin tidak punya pilihan. Dia hanya berharap Minju bisa menghadapi ibunya sendirian.

"Aku pergi dulu. Jangan lupa menghubungiku setelah ini." Ucap Yujin sembari menggenggam tangan kecil Minju. Yeoja cantik itu mengangguk pelan, menyunggingkan senyumannya untuk mengurangi kecemasan Yujin. Eunbi terus menatap gelagat puteranya. Dalam hati ia berpikir bahwa Yujin terlihat lebih dewasa sekarang.

Yujin melangkahkan kakinya meninggalkan ruang keluarga itu. Minju melirik nyonya Ahn yang kini juga menatapnya. Suara derap langkah kaki Yujin terdengar mulai menjauh hingga semakin lama semakin menghilang. Dan inilah saatnya. Minju harus bisa menghadapi nyonya besar Ahn itu sendirian.

"Baiklah nona Kim Minju." Eunbi membuka suaranya, "Aku akan langsung saja pada inti dari pembicaraan ini. Ahn Yujin adalah puteraku satu-satunya. Aku meletakkan harapan dan juga masa depan keluarga kami di pundaknya. Aku selalu berharap yang terbaik untuknya, termasuk wanita yang akan menjadi istrinya." Eunbi memberi jeda pada kalimatnya.

"Aku sangat terkejut, ketika tiba-tiba Yujin datang kepadaku untuk meminta ijin menikah denganmu. Sangat mengherankan, apalagi keberadaanmu sama sekali tidak tercium olehku. Sangat wajar bukan jika aku curiga kepadamu? Apa sebenarnya yang kau rencanakan pada puteraku?"

Minju menangkap nada kebencian yang tersembunyi dari sikap arogan Eunbi. Sedikit banyak yeoja itu memahami kekhawatiran seorang ibu yang terselip di sana.

TIMING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang