3

2.8K 231 73
                                    

Suara riuh penonton masih terdengar nyaring memekakan telinga. Minju masih berdiri di atas panggung dengan gitar putihnya, menatap tiap pasang mata yang menatap kagum ke arahnya.

Minju menyunggingkan senyumannya, memperlihatkan barisan bibir merekah merah yang semakin indah di wajah cantiknya. Tubuh indah itu mulai membungkukkan badannya, memberikan salam terakhir sebelum menghilang di balik tirai merah.

"Kamsahamnida" ujarnya lembut bagai denting lonceng yang memabukkan. Gadis cantik itu melangkahkan kaki mungilnya ke belakang panggung. Siap meninggalkan teriakkan penonton yang masih ingin melihat pesonanya.

Kim Minju, seorang gadis berusia 25 tahun. Memiliki talenta yang luar biasa di bidang tarik suara. Minju merupakan mantan mahasiswi jurusan music pop modern di Seoul University.

Sayangnya gadis cantik itu tidak sempat melanjutkan kuliahnya. Keadaan keluarganya yang cukup pas-pasa'an jika tidak boleh dikatakan miskin membuat Minju harus mengubur impiannya untuk tetap kuliah, namun gadis penuh semangat itu masih memiliki satu mimpi yang selalu dipegangnya.

Minju ingin menjadi seorang penyanyi, itulah yang membuatnya rela keluar malam di bar-bar untuk melebarkan sayapnya.

"Menejeeeer!" Minju berteriak kekanakan. Menghamburkan pelukannya pada sesosok namja tampan yang memang tengah menunggunya. Pemuda tampan itu memiliki garis rahang yang tegas. Iris gelapnya berkilat bening ketika menangkap sosok Minju telah berada di dalam pelukannya.

Jaemin membenarkan posisi berdirinya, membalas pelukan Minju dengan begitu posesif dan hangat.

"Kau seperti senang sekali." Jaemin membuka suaranya, membuat Minju perlahan mulai membuka pelukannya.

"Apa produser dari perusahaan musik melihatnya? Demi Tuhan aku gugup sekali Jaemin-ah." Cicitnya bersemangat. Jaemin hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah sahabat masa kecilnya.

Jaemin adalah satu-satunya sahabat Minju yang paling setia. Ketika keluarga Minju mengalami kejatuhan, Jaemin lah yang selalu berada di sampingnya untuk memberi semangat. Jaemin seperti sosok malaikat pelindung bagi seorang Kim Minju dan yeoja itu sangat menghargainya.

Namun bukan penghargaan seperti itu yang sebenarnya diharapkan Jaemin. Pemuda itu selalu berharap Minju bisa melihatnya lebih dari sekedar sahabat, sebagai kekasih misalnya.

"Minju ya, aku tidak ingin merusak suasana. Tapi aku harap kau ingat bahwa hari ini adalah batas akhirmu." Jaemin menatap Minju penuh minat, membuat gadis itu seketika memundurkan langkahnya.

"Eh,, itu,, Er,, mian." Minju menundukkan kepalanya semakin dalam, tanpa bicara pun Jaemin tahu apa yang ada di dalam kepala cantik Minjunya.

"Kau lupa?" Minju mengangguk pelan tak berani mendongak. Jaemin mengangkat kedua tangannya kesal, selalu seperti ini. Minju akan selalu menghindar ketika Jaemin mulai membicarakan tentang hubungan mereka.

Entah apa yang membuat Minju begitu senang menggantungkan hubungan mereka. Jelas-jelas Jaemin sangat menyukainya, selalu menjaganya dan setia padanya. Tapi nampaknya semua itu belum cukup bagi Minju untuk meyakininya.

"Mianhae Jaemin-ah, hajiman,, aku er… aku benar-benar~"

"Sudahlah!" Jaemin memotong ucapan Minju ketus, terlalu banyak alasan, pikirnya. "Kita bicarakan itu nanti saja, seseorang telah menunggu kita di luar." Jaemin berucap dingin. Melangkah mendahului Minju dengan raut mukanya yang menggeram marah.

Minju menggembungkan pipinya. Lagi-lagi dia mengecewakan malaikat pelindungnya. Gadis cantik itu memukul pelan kepalanya, melakukannya berulang-ulang sampai suara keras Jaemin kembali menyadarkannya.

TIMING (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora