27

1.2K 182 13
                                    

PYAAAAARRR

Suara pecahan gelas terdengar nyaring di seluruh sudut rumah. Yuri menghentikan sejenak pekerjaannya dan segera berlari menuju ke dapur Minju, tempat suara itu berasal. Yeoja bertubuh mungil itu tidak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika melihat Minju nampak tegang sembari memegangi telapak tangannya.

"Minju-ya, gwaenchana?" Tanyanya segera menghampiri Minju dan memastikan kondisi sahabatnya.

"Yuri-ah, mianhe membuatmu terkejut. A-aku~" Minju nampak kebingungan mencari kata-kata. Ia sendiri sama terkejutnya dengan Yuri karena kecelakaan kecil itu.

"Apa kau terluka? Biar aku lihat." Yuri menarik tangan Minju, wajahnya sedikit tenang setelah memastikan tak ada luka di sana.

Minju berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal. Yeoja cantik itu berulang kali menelan berat salivanya untuk 'melumasi' tenggorokannya yang hampir kering. Yuri mengusap pelan punggung Minju dan membawa yeoja itu untuk duduk di atas kursi makan.

"Kau duduklah di sini, biar aku yang membersihkan pecahan gelas itu." Minju mengangguk pelan tanpa berkata apapun.

.








.








.

"Apa yang terjadi?" Minju terkesiap ketika Yuri tiba-tiba saja telah berdiri di depannya dengan membawa segelas air hangat, "Minumlah dulu." Ujarnya sembari menyodorkan segelas air hangat itu di depannya.

Minju menerima pemberian Yuri dan segera meneguknya meski sejujurnya perutnya tidak ingin menerima minuman itu. "Terima kasih Yuri-ah." Ucapnya lirih.

Yuri menyeret tempat duduk di depan Minju dan menatap sahabatnya itu dengan tatapan cemas, "Apa aku perlu menghubungi Yujin? Wajahmu pucat sejak aku berkunjung di sini pagi tadi. Apa kau yakin kemarin dokter mengatakan bahwa kondisimu baik-baik saja?"

Minju berusaha menyunggingkan senyumannya meski ia tidak yakin itu bisa mengurangi warna pucat di wajahnya, "Aku baik-baik saja, mungkin hanya sedikit lelah dan cemas.' Minju sengaja melirihkan kalimat yang terakhir, namun salahkan Yuri yang duduk terlalu dekat dengannya hingga ia bisa mendengar apapun meski itu sebuah bisiskan sekalipun.

"Cemas? Apa yang kau cemaskan? Apa ini tentang Yujin?" Minju sedikit terkejut, Yuri bisa menebak isi pikirannya dengan sangat tepat. Minju memang sedang memikirkan Yujin saat itu. Pernikahannya dan Yujin sudah tinggal menunggu hari namun ia sama sekali tidak mengenal pria itu dengan baik.

Minju tidak pernah tahu apapun tentang Yujin. Ia hanya tahu Yujin adalah seorang putera dari pemilik rumah sakit, seorang dokter muda yang berbakat, dan orang dari kalangan atas. Selebihnya Minju sama sekali tidak mengenal Yujin. Bagaimana masa lalu pemuda itu, siapa orang-orang yang berada di masa lalunya Minju sama sekali tidak punya petunjuk tentang itu.

"Minju? kau baik-baik saja?" Yuri menatap Minju dengan cemas.

"Yuri-ah, apa aneh jika aku ingin tahu tentang masa lalu Yujin?" kata-kata itu begitu saja keluar dari bibir Minju. Yuri menaikkan sebelah alisnya, menatap Minju dengan tatapan heran seolah apa yang ia dengar adalah hal yang sangat tidak mungkin.

Minju mengedipkan matanya berkali-kali menunggu jawaban Yuri yang hanya diam dan menatapnya heran

"Kau ingin tahu masa lalu Yujin? Aku pikir kau tidak terlalu tertarik dengan hal seperti itu. Maksudku, kau sendiri yang mengatakan hanya ingin menikah dengan Yujin untuk melindungi anak kalian dari gunjingan orang, aku tidak tahu jika ternyata kalian memiliki perasaan yang lebih dari itu."

"T-Tentu saja tidak" Minju memotong cepat kesimpulan Yuri. "M-maksudku adalah, meski aku tidak tahu sampai kapan pernikahan kami akan berjalan, tetapi sebagai- 'istri' bukankah wajar jika aku ingin tahu masa lalu suamiku?"

TIMING (END)Where stories live. Discover now