Fallin'

7.4K 531 8
                                    

Rasa jatuh cinta itu sama,
Dan akan selalu sama.
Yang berbeda hanya bagaimana menghadapinya.

Hhh, jatuh cinta itu—
Menyenangkan
Melelahkan
Menyejukkan
Dan ya kadang menyedihkan

Beberapa orang takut jatuh cinta
Karena yang namanya Jatuh itu engga mungkin engga sakit
entah itu hanya setitik.

Meskipun begitu,
Gue termasuk kedalam golongan yang senang dengan jatuh cinta,
Rasanya melegakan.

Engga mudah rasanya jatuh cinta setiap hari selama 8 tahun dengan 1 orang yang sama.
Dan ketika bisa,
Bahagianya benar-benar tak terdefinisikan.

Dulu.

Dania Samantha,
Feb 19th, 2019.

Tok tok tok

Ketukan pertama, mengalir sebagaimana mestinya,

Tok tok tok

Ketukan kedua, masih sama.

Hingga pada ketukan ketiga, Dania Samantha melepas earphonenya dan meletakkan di meja,
Menajamkan telinga bahwa ada yang mengetuk pintunya dengan sekuat tenaga.

Gadis itu lanjut meletakkan pulpen unicorn yang menjadi favoritnya diatas meja, dan memutar anak kunci di tempatnya.

setelah pintu terbuka, muncullah sesosok wanita paruh baya— atau orang-orang disana memanggilnya Bi Ina.

"Kenapa Bi?"

Dania terlebih dahulu memberikan sapaan ketika Bi Ina tengah berdiri dihadapannya dengan wajah yang bisa dibilang, tidak baik-baik saja.

Ada raut ketakutan dan kecemanasan disana, setelahnya Dania tersenyum samar.

Paham dengan situasinya.

"Uhm anu, Mbak Dania sibuk ndak ya?" Tanya Bi Ina. Wanita itu tak menjawab pertanyaan Dania dengan sebuah jawaban, melainkan dengan pertanyaan baru.

"Hm" Sesaat Dania terdiam karena jelas pada layar laptopnya menampilkan berbagai macam jurnal yang harus di reviewnya malam ini sebagai persiapan ujian esok hari.

"Ga begitu bi." Pada akhirnya Dania selalu mengalahkan ego dan kepentingannya.

Bi Ina menghela nafas lega, entah benar-benar atau hanya berpura-pura agar Dania percaya.

"Hari ini Mas Javi pulang mbak."

Tanpa perlu mendengar kalimat selanjutnya, Dania tahu kemana arah pembicaraan bi Ina padanya malam ini.

"Aku bakal turun 10 menit lagi ya bi."

Bi Ina mengangguk patuh, mengiyakan ucapan Dania meskipun guratan cemas di wajahnya yang sudah mulai menua itu masih terlihat jelas.

sebelum beranjak pergi, Bi Ina memandangi Dania lama, mendekatkan diri dan memeluk gadis cantik itu singkat,"Kalau mbak Dania capek, istirahat. Jangan paksakan tubuh dan hati untuk selalu berusaha, karena yang namanya hati memang sulit untuk mengerti."

Dania menyerah.

Setiap kali Bi Ina mendekat, dirinya akan selalu melemah.

Beban berat yang kini selalu ditanggungnya seolah-olah mengudara bersamaan dengan jatuhnya cairan bening dari pelupuk matanya.

Hingga kemudian Pelukan mereka terlepas, dan dengan senyuman yang selalu hangat itu Dania dengan tegas menjawab,

"Bibi tenang aja, Dania gak akan kemana-mana."

The Lost FlowerWhere stories live. Discover now