Pathetic

2K 294 55
                                    

I'm curious, This is the right time to say goodbye?
Or else just a beginning from all happened in the past?
-Dania Samantha.

🥀

Menjadi tidak tau apa-apa itu memang jauh lebih baik, karena pada akhirnya tidak akan ada penyesalan dan keping kepedihan jika yang diharapkan tidak sesuai kenyataan.

Terutama untuk sebuah kebohongan.

Masih saja banyak manusia yang bersembunyi dibalik kalimat, Berbohong untuk kebaikan itu gak apa-apa atau berdalih dengan kalimat gue bohong itu demi kebaikan banyak orang!

hah.

Memang ada?

Memang adakah berbohong untuk kebaikan? Bukankah dari satu kebohongan itu akan selalu ada kebohongan-kebohongan lainnya?

Dan bukankah itu akan berakhir semakin menyakitkan?

"Bu, mau diem-dieman kayak gini sampai kapan?" tanya Akbar dengan nada datarnya. lelaki itu, bahkan sudahh enggan melihat wajah sang ibu yang kini hanya bisa menatapnya sendu.

"........"

"kepercayaan aku udah tinggal sedikit Bu." ucapnya lagi, sembari menanti jawaban apa yang akan diucapkan oleh orang tua tunggalnya itu. "Akbar ga mau jadi anak durhaka, tapi kalau masih begini caranya, Akbar berdosa. Karena akhirnya kepercayaan Akbar sama ibu udah hilang gak berbekas."

Meskipun untaian panjang lebar itu keluar dari mulut sibungsu sebagai bentuk sebuah protesnya, tetap tak membuat Yuna tergerak untuk memberikan apa yang diharapkan sibuah hati.

Hanya wajah yang semakin tertunduk dalam semakin terlihat disana.

"Hhh..."

Helaan nafas panjang itu terdengar, dan selanjutnya berganti dengan decitan kursi yang kembali mengisi sunyi rumah mereka.

Ya, Pada akhirnya Akbar akhirnya memilih pergi.

entah Sebagai bentuk rasa kecewanya pada sang ibu atau hanya Sebagai bentuk pertahanan emosi yang sudah memuncak dikepalanya?

Karena Akbar merasa sudah Terlalu besar batu yang menghimpit ulu hatinya.

dan malam itu dirinya larut dalam pikiran buruknya. Pikirannya terus menggumam bahwa Ternyata dalam 22 tahun hidupnya, lelaki itu bahkan tak pernah benar benar mengerti apa yang terjadi pada orang orang disekitarnya.

Ketika tubuhnya mulai beranjak, tangan kirinya serasa ditarik perlahan. Membuat Akbar mau tidak mau berbalik badan.

"Ibu gak apa-apa."

Hanya itu.

ketika Akbar pikir ada secercah harapan ibunya akan bercerita, ternyata perkiraannya salah. Dirinya berharap terlalu tinggi. Lelaki itu tersenyum lirih pertanda sedikit ada perasaan luka ketika hanya kalimat itu yang terucap dari mulut sang Ibu.

"Bu, Akbar lagi gak bercanda."

"Akbar rasa ibu gak lupa kalau Akbar punya kepekaan yang lebih baik dari siapapun." Ada jeda sesaat, ketika pegangan pada lengannya mulai melemah."Sekarang ibu istirahat. Aku mau keluar sebentar."

Sedang ditempatnya Yuna hanya terisak, menangisi kepergian putra semata wayangnya.













"Maafin ibu, Nak."

Hanya itu,
Hanya 3 kata itu yang mampu yang terucap dari bibir Yuna sembari menatap foto putra putrinya.

Hanya itu,Hanya 3 kata itu yang mampu yang terucap dari bibir Yuna sembari menatap foto putra putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang