The Lost Flower

A Day.

I just wanted to hide
Didn't wanna face the world
As if everything has lost meaning
As if I have lost meaning
-Arsakha Danendra.

🥀

"Ga di angkat Jav...."

Javier menatap tajam ke arah Teo yang baru saja masuk keruangannya dengan wajah sendu.

"Coba lagi." Perintah Javier.

Dan dengan perasaan canggung Teo kembali menekan beberapa angka yang menunjukkan nomer handphone Dania, meskipun dirinya tau kemana gadis kecil itu pergi.

Setelahnya, Teo kembali melirik Javier dan memberikan gelengan kecil, "Ini emang waktunya lo pergi kan? Bi Ina pasti udah ngasih tau Dania. Dan dia juga gak akan nyari-nyari lo. Jadi tenang aja."

"Kapan gue bisa pulang?" Tanya Javier.

"........."

Teo merasa ada yang tidak beres dengan Javier sejak kemarin. Beberapa bulan terakhir, Javier terlihat lebih buruk. Baik fisik maupun mentalnya, "Jav, what's wrong? Istirahat kayak biasanya aja."

Javier menatapnya sengit,"gue tanya kapan gue bisa pulang?" Lelaki itu bahkan mengabaikan raut khawatir Teo yang tertuju padanya.

"Kayaknya kali ini lo harus lebih lama disini."

"You didn't mean it, right?"

Teo tak menjawab. Karena percuma, jawaban yang diberikannya pada Javier bukan yang dimau oleh lelaki itu. Diam adalah pilihan terbaik yang baginya untuk saat ini. Teo hanya ingin cari aman.

Kesal dengan Teo, Javier malah memaksakan tubuhnya bangkit dari bed dan tentu saja Teo refleks menahannya.

"Jav, jangan gila."

Javier mendelik mendengar ucapan Teo.

"Istirahat, biar gue yang cari Dania. Ok? Lo tenang aja. Everything's will be fine."

Tapi tetap saja, yang namanya Javier itu bukan oranf yang mau mendengar perintah orang lain. Lelaki itu akan tetap teguh pada pendiriannya.

Hingga pergerakannya berhenti, kala sebuah suara menghalau usahanya melepaskan diri dari selang infus dan teman-temannya.

"Mau kemana kamu?"

Javier mendengus malas.

"Javi. Mau kemana?"

"Kapan pulang?" Bukannya menjawab, Javier malah memberikan pertanyaan balik.

"......."

"Mas arya," panggil Javier lagi.