Karena pada akhirnya cinta yang gue punya tak akan mampu mengalahkan tebalnya kabut kebencian yang gue simpan untuk Dania. -Keenandra Javier Arion.
🥀
Javier's Pov
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak kejadian itu, hari-hari yang gue lewati selalu sama.
Engga punya warna,
Bahkan gue udah engga bisa membedakan mana hitam putih yang ada.
Abu-abu.
Dan rasanya rasionalitas yang gue punya menguap entah kemana, tergantikan oleh Ego yang gue punya.
Sebagaimanapun otak gue mengatakan bahwa Dania tak pernah punya peran besar dalam segala hal buruk yang terjadi di hidup gue, entah kenapa rasanya gue menolak.
Meskipun terkadang hati nurani gue bisa mengendalikan, itu hanya bertahan sebentar.
Mencoba untuk terlihat baik-baik saja, itu engga mudah.
Tidak ada manusia yang sempurna, gue salah satunya.
Ketika gue membenci sesuatu, gue pasti akan ikut membenci segalanya yang berhubungan dengan hal itu. Gue akan menghancurkan apapun ketika sesuatu itu sangat amat menganggu ketenangan hidup yang gue punya.
Tapi ketika gue mencoba menghancurkan Dania,
Malah gue yang semakin sakit.
Ada saat dimana gue begitu ingin membuat Dania menangis seharian dan merasakan seberapa besarnya sakit yang gue rasakan.
Tapi gue engga bisa.
Dulu, ketika gue hanya berstatus sebagai seorang siswa, gue bercita-cita ingin menjadi sosok kepala keluarga yang tidak terfokus pada pekerjaan.
Tapi sekarang?
Demi menghindari Dania di rumah, Gue rela menghabiskan waktu seharian di kantor hanya untuk memandangi kertas-kertas bertinta hitam itu, dan duduk seperti patung.
Ketika dulu gue membayangkan betapa bahagianya nanti hidup bersama Dania, kini gue sangat terluka mendengar kata 'keluarga kamu, bahagia ya.'
Selepas perayaan tadi, gue hanya terdiam di taman.
