Sometimes it's okay to show your weakness, Just to be you, It's okay. Don't lie to yourself any more Everything connects by sound. -Akbar Rafardhan-
🥀
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dengan hati-hati tapi penuh ketulusan Bi Ina memijiti kaki Javier yang sedikit membengkak.
Raut wajah pucatnya membuat Bi Ina yang ada disana menepuk-nepuk dadanya yang terasa begitu sesak.
Tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat sosok yang dianggapnya seperti anak sendiri tengah terbaring lemah seperti saat sekarang ini.
Ya, Javier telah kembali ke Jakarta, dan tiba-tiba saja saat di Bandara Javier ambruk. Lebih parahnya lagi ini sudah 15 jam lelaki itu hanya bisa terdiam disana tanpa berniat untuk membuka kedua matanya.
meskipun Javier sudah terbiasa dengan rumah sakit, tapi kondisi yang memilukan baru terjadi saat ini.
Selama menjalani perawatan, lelaki itu tak pernah selemah ini.
"Mas Javi... ayo sembuh... jangan capek sendiri... ada bibi, ada mas Teo, ada mbak Dania..." ucapnya lirih.
Jika bi Ina bersedih kala menemani Javier, maka sama halnya dengan Teo yang hanya bisa termenung mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulut Arya.
"Javier enggak mungkin sebodoh itu buat biarin Bianca ngasih anti depressants itu." Terang Arya.
Lelaki dihadapannya ini mengangguk setuju. Pengetahuan javier itu sangat luas. Dia tidak sepolos itu untuk menerima mentah-mentah perintah orang lain, apalagi ini hanya seorang Bianca.
"Ada yang disembunyiin Javier."
Teo mendongak.
"Mas gak tahu pasti, tapi hubungan Bianca dan Javier engga sesederhana yang kita lihat."
Sudah tak ada kalimat yang mampu dikeluarkan Teo dari mulutnya. semuanya seperti terkunci.
"Ada satu hal lagi yang harus mas beritahu."
Tapi kali ini Arya terlihat tak mampu menatap wajah Teo seperti sebelumnya. Lelaki itu berjalan menjauh, memandangi bagaimana langit malam bekerja dari balik kaca jendela ruangannya.
"Keluhan Javier 2 bulan terakhir ini bukan hanya dari ginjalnya."
