That Moment

2.4K 387 42
                                    

When you feel darkness takes over,
I will always be here to hold you.
When the world seems to be full of sadness,
I will be with you.
Lean on me, I will cry with you.
So you won't be alone.
-Akbar Rafardhan-

🥀

Javier pov

Gue selalu merasa merindukan saat-saat seperti ini.

Duduk di halaman bersama Dania, mendengarkan gadis itu berceloteh panjang lebar tentang apapun. Walau terkadang beberapa ceritanya itu diulang terus menerus, gue gak akan pernah merasa bosan. Karena setiap helaan nafas yang keluar dari bibir mungilnya adalah hidup gue.

Engga lupa secangkir teh chamomile yang selalu Dania buat.

Gue hanya menyukai apa yang dibuat Dania.

Tapi disaat yang bersamaan gue juga membencinya.
Meyakini bahwa dia baik-baik aja disaat orang yang paling gue sayang sudah menghadap Tuhan membuat amarah gue selalu memuncak.

Dania gak pernah salah Javi, begitu kata semua orang.

Lantas, kenapa dia masih baik-baik aja disaat harusnya dia juga sama hancurnya dengan gue dan Kava?

Ah mengingat anak itu, gue sedikit merindukannya. Meskipun Kava bukan anak mama tapi perhatian yang dia dapatkan dari mama tak kalah besarnya dari sayang mama ke gue.

Gue memang manusia yang gak punya pendirian. Gue ingin membenci gadis itu, tapi gue juga gak ingin berhenti mencintainya.

Bianca bilang, pelan-pelan. Damai sama diri sendiri memang susah, tapi apa salahnya buat dicoba kan?

Sesulit itu.











Tapi gue juga harus mencoba kan?












"Kembali ke kantor pusat."

"Maksud kamu?"

"Pindah ke kantor Arsa."

Sama seperti semua orang, mereka pasti akan menyelamatkan dan menyimpan dengan sebaik-baiknya sesuatu yang mereka anggap berharga.

"Aku ga bisa." Katanya.

Rahang gue mengeras, Dania kapan kamu mengerti kalau segala yang aku lakukan untuk kebaikan kamu?!

Penyakit sialan ini selalu membuat gue mudah terpancing.

"You won't listen me Dania?"

"Javi, it's not my capacity. Don't put me in hard situation."

"Aku. Gak. Peduli."

Gue akan selalu kejam dihadapan Dania.

"Javi..." bisiknya lirih.

Maaf Dania, Rasa sakit itu semakin membesar seiring berjalannya waktu.

Maaf Bianca, gue engga bisa menuruti semua yang lo bilang dengan baik. Gue hanya akan seperti ini, menjadi si manusia dengan penyakit gilanya.

The Lost FlowerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora