Get Well Soon.

2.5K 411 50
                                    

Memang lukanya tak seberapa, tapi bekasnya yang luar biasa.
-Reandra Wistara Danendra-

🥀

Pikiran Dania kembali pada saat dimana dirinya tak sengaja mendengar nasihat bi Ina untuk Javier. Kala itu Dania berniat untuk mengambil sesuatu di dapur dan mau tak mau terpaksa mendengar perbincangan dua orang kesayangannya itu.

Sekalipun kamu pergi menghilang tanpa arah, dia akan tetap ada disana. Menunggu kamu dengan tangan terbuka meskipun tak kasat mata,

Kalimat itu terlalu membekas di hati Dania. Dan melihat bagaimana Javier yang hanya bisa terdiam membisu, membuat hatinya semakin gelisah tak menentu.

Mungkin, jika orang yang tak mengenal mereka tau bagaimana hubungan Javier-Dania yang sebenarnya  pasti akan mengecap Dania sebagai si bodoh habis-habisan.

Atau budak cinta yang mau-mau saja menanti tanpa hal yang pasti untuk kembali.

Tapi jujur saja, Dania tak seperti itu.

Dia bukan si bodoh yang mau mau saja menunggu untuk sesuatu yang jelas saja tak mau ditunggu.

Javier hanya belum mau kembali,
bukan tidak mau kembali.
Javier hanya butuh waktu.

Hatinya akan selalu membisikkan kalimat-kalimat itu dikala lelah mulai datang.

Selama ini tak ada yang meminta Dania berhenti memperjuangkan segalanya kecuali Andra.

Pertemuan mereka yang secara tiba-tiba saja membuat Dania hampir meledak ditambah dengan kenyataan bahwa Andra selalu tahu tentang pergerakannya membuat Dania semakin pusing.

Keping kenangan itu membuatnya sakit kepala. Andai saja orang itu bukan Andra, Dania tak akan seperti ini.

Andai saya yang menyuruhnya itu bukan Andra pasti sudah Dania abaikan.

Lamat-lamat ditatapnya ruangan Andra yang sejujurnya sejak dirinya datang belum terbuka sama sekali.

Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Apa mungkin mas Andra ikut cek lokasi bareng yang lain? Batinnya.


Ditengah lamunannya Dania tersentak. Sepasang tangan tengah mengusak kepalanya dengan penuh sayang.

"Mas Andra darimana?" Dania langsung bertanya. Karena sejak missed terakhir, Andra tak bisa dihubungi.

Kekhawatiran Dania bertambah kala melihat kantung mata kakaknya itu begitu besar, seperti zombie.

"Mas Andra?" Panggilnya lagi.

Tetapi sang lawan bicara malah semakin mengabaikan.

Tangannya dengan cekatan mengambil plester bergambar Elsa— kesukaan Dania.

Dengan hati-hati dipasangkan plester itu pada kaki dan luka wajah Dania yang lumayan sudah mengering.

Selanjutnya lelaki menatap Dania dengan sorot mata yang penuh luka.

"Nia.." bisiknya.

The Lost FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang