Chapter 3

145 11 1
                                    

Author's POV

Langkah nya tergesa-gesa, wajahnya terlihat panik. Dia memasuki sebuah bangunan besar Los Angeles Hospital. Langkahnya semakin dipercepat saat ia sudah memasuki bangunan tersebut. Dengan raut wajahnya yang pucat, dibukalah pintu ruangan nomor 12 olehnya, didapati seorang anak kecil perempuan yang terbaring lemas di atas kasur dengan infus di tangannya. Dengan langkah gemetar, Justin mendekati gadis kecil tersebut. Diambilnya kursi lalu ia duduk di sebelahnya.

"Jazmyn, aku berjanji akan menyembuhkan mu secepat mungkin." ujarnya sendu.

Justin's POV

Aku tidak kuat melihat adikku yang terbaring di atas kasur rumah sakit. Tempat yang sangat aku benci. Aku tidak suka bau obat-obatan.

Aku sedikit lega karena aku mendapatkan uang dari Chris, setidaknya aku bisa membayar biaya rumah sakit walaupun menyicil.

Kleekk..

Aku melihat siapa yang datang.

"Just, aku sudah membawakan makanan untuk Jazmyn" ucap seorang Gadis berambut hitam lurus, tubuhnya ramping dan tinggi.

"Baik kau tunggu Jazmyn sebentar Ken, aku akan keluar ada urusan." ucapku lalu bangkit dari kursi.

"Ya pergilah, biar aku yang menjaga Jazmyn."
Gadis ramping itu duduk di samping ranjang sembari mengecek keadaan Jazmyn yang terbaring.

Gadis tersebut bernama Kendall Jenner, dia teman baik Justin, Kendall juga sudah menganggap Justin seperti keluarganya sendiri, gadis itu berusia 22 tahun. Dia tinggal satu apartemen dengan Justin.

----

Sementara gadis berambut cokelat gelap itu terus menambah kecepatan larinya untuk menjauh dari gedung tua yang terkutuk menurutnya. Nafasnya tersengal-sengal, kakinya sudah terasa pegal, ia berharap pria gila tadi tidak mengejarnya. Ia berhenti sebentar, karena kakinya tidak kuat lagi untuk berlari.

"Huh! Aku rasa ia sudah tidak mengejarku lagi.
Gila! Sungguh gila! Siapa pria berjubah hitam yang berani menculik ku dan menjualku kepada pria bodoh tadi?  Memangnya aku ini gadis murahan. Aku akan melaporkannya ke polisi jika menemukan orangnya." Umpat Selena dengan hati yang kesal.

Selena melanjutkan langkah kakinya menuju ke rumah meskipun kakinya terasa pegal. Ia harus cepat sampai ke rumah. Ayahnya pasti mengkhawatirkannya.

Waktu menunjukkan pukul 2 malam, jalanan sangat sepi, orang-orang sudah beristirahat di dalam rumahnya masing-masing. Selena mempercepat langkahnya dan tiba tiba..

Bruukk..

Selena menabrak sesuatu.. oh bukan lebih tepatnya seseorang. Ia meringis kesakitan, ia berusaha untuk beridiri dan ingin memastikan siapa yg ditabraknya tadi.

"Ka--uu? " ucap Selena gugup dan pastinya terkejut saat tau siapa yg ditabraknya.

"Maaf aku tak sengaja, aku harus pulang, permisi tuan.." Ujar Selena sambil berlalu dari hadapannya.

Ia tak mau melihat pria yang sudah ditemui ke-tiga kalinya itu, wajahnya sangat misterius dan tatapannya tajam. Ya...siapa lagi kalau bukan si pria berhoodie yang selalu melihat Selena dengan tatapan tajamnya itu.

"Aduh. Kenapa aku harus bertemu dengannya saat ini?!" Ujarnya lirih dan panik.

Selena mempercepat langkahnya setelah beberapa detik yang lalu ia meninggalkan pria tersebut. Dia sangat cemas, takut pria itu mempunyai niat yang jahat. Kini langkahnya berubah menjadi berlari kecil. Saat Selena terfokus pada jalannya tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya.

My Sweatheart Justin Where stories live. Discover now