Chapter 30

34 1 1
                                    

"Kau benar-benar mengantarku. Terimakasih" ujar Selena ketika dirinya sudah menginjakkan kaki jenjangnya di teras rumahnya.

Justin membuka tudung Hoodie miliknya sehingga wajahnya terlihat jelas dari sebelumnya. "Masih tak ingin meminta maaf kepada Jules?" Tanya Justin tanpa menjawab  Selena.

Gadis latin terlihat sedang berfikir. "Akan kupikirkan" ujar Selena tanpa berekspresi.

Justin yang sejak tadi berdiri di bawah rintikan salju langsung membalikkan badannya membelakangi Selena. "Mintalah maaf sebelum terlambat. Dia memang berbohong. Bagaimanapun juga, bohongnya hanya demi melindungi dirimu" ujar Justin lalu berjalan meninggalkan Selena.

Sedangkan Selena tampak mencerna apa yang diucapkan Justin. Akhirnya dirinya memasuki rumah karena udara di luar mampu membuat dirinya beku.

Siapa sangka di balik pintu pagar rumah Selena ada seseorang. Ya, seseorang yang sedang mengawasinya sejak ia di jalan menuju ke rumah dengan Justin tadi. Nampaknya ia sedang menyusun rencana bagaimana caranya membuat si gadis latin keluar dari rumahnya lagi.

Selena's POV

"Dad!"  Aku berteriak kepada dadku.  Dua hari bagiku cukup membuatku merindukan sosoknya.

Dad yang sedang membaca koran ketika melihat kehadiranku langsung terkejut dan menghambur memelukku.

"Bagaimana kabar mu sayang?" Tanya dad setelah melepas pelukan kecil ini.

"Sungguh baik dad! Maaf aku tak menghubungimu." Ujarku dan dadku mengangguk faham.

"Aku tahu sekarang kau sibuk dengan jam kerjamu bukan?" Ujar dad, aku tahu pasti Jules sudah mengatakan sesuatu pada dad ku. Dan ini.. sungguh membantuku. Karena dad tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku jadi memikirkan Jules.

"Ah iya dad, kau mengetahuinya?" Tanyaku basa-basi.

"Tentu saja, Jules yang memberi tahuku" ujar dad lalu ia kembali duduk.

Aku tersenyum tipis pada dad. "Aku akan menyiapkan makan siang" ujarku lalu meninggalkan dad.

Ah Jules, aku merasa bersalah padanya, tapi aku masih kesal dengannya.

---

Semua pekerjaan rumah sudah ku selesaikan dalam waktu singkat. Rupanya selama dua hari ini dad juga membersihkan rumah jadi aku hanya sedikit merapihkan saja, mencuci piring, dan mencuci baju.

Ah kurasa sampah di dalam rumah harus ku buang. Entah mengapa aku yang tak biasa membuang sampah di luar, jadi ingin membuangnya. Biasanya dad yang selalu membuang sampah.

Saat ku buka pintu rumah, hawa dingin langsung menyambutku. Tentu saja rasanya sangat menusuk di kulit. Hari ini salju turun dengan lebatnya sampai aku tak bisa melihat dengan jalan dengan jelas.

Tempat pembuangan sampah memang jauh dari rumahku.. aku harus berjalan cukup lama untuk sampai ke sana. Aku tak mengerti mengapa aku merasa bahwa ada orang di sekitarku. Namun aku sadar, di sini aku hanyalah seorang diri.

Aku mulai ketakutan ketika sampai di tempat pembuangan sampah. Tak ingin berlama di tempat seperti ini, segera kubuang sampahku lalu pergi. Aku sangat takut karena melihat ada bekas jejak kaki seseorang. Aku tahu persis bahwa sebelumnya tak ada jejak lain selain jejak kakiku. Aku tahu saat ini aku sedang diincar. Tapi mustahil jika anak buah Chris mengikutiku sampai di tempat kotor seperti ini.

Akhirnya aku berlari dengan susah payah karena tebalnya salju sangat menyulitkan diriku untuk berlari. Namun tiba-tiba sebuah tangan membekap mulut dan hidungku dari belakang. Aku sangat terkejut namun aku tak bisa bergerak. Tubuhku lemas, dan akhirnya semua gelap..

My Sweatheart Justin Where stories live. Discover now