Chapter 27

50 5 1
                                    

Udara dingin secara langsung menyentuh kulit halus Selena membuat ia harus bangun untuk mencari selimut. Namun belum sepenuhnya ia membuka mata, sebuah tangan kecil memeluk erat pinggang ramping Selena. Ia terkejut saat tahu bahwa Jaxon lah yang memeluknya. Ia lebih terkejut ketika matanya melihat ke arah jendela kamar mendapati hari yang sudah pagi bersamaan dengan turunnya salju.

"Sudah pagi? secepat inikah?" Gumamnya setelah itu ia menguap dan kembali menatap Jaxon yang masih memeluk dirinya.

Selena tersenyum tipis lantas mengelus puncak kepala Jaxon. Di samping Jaxon masih ada Jazmyn dengan keadaan memeluk Kendal dan mereka masih tertidur pulas.

Dengan hati-hati Selena melepas tangan Jaxon, lalu ia turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri, ia menuju ke dapur. Selena mencari bahan makanan di lemari pendingin, ia ingin memasak sesuatu untuk sarapan pagi.

Selena's POV

Aku memasak dengan bahan seadanya, aku ingin masakanku matang sebelum mereka semua bangun. Dengan cepat aku menumis bumbu lalu memasukkan brokoli dan mengaduknya.

Sebuah dehaman kecil membuatku menoleh cepat ke arah suara tersebut.

"Kau memasak?" Justin dengan rambut berantakan menghampiriku diriku. Oh damn! Dia tampan sekali saat bangun tidur, secepat mungkin aku kembali fokus dengan brokoli ku yang hampir matang.

"Menurutmu?" Tanyaku balik sembari mengaduk masakan ini.

Dia tak menjawab ucapanku, namun aku biasa saja. Karena aku sudah terbiasa-_

Aku sedikit melirik Justin yang sepertinya mengambil sesuatu di atas lemari.
"Kau harus memakai ini, biar bajumu tak kotor" Justin menyodorkan sebuah apron kepadaku.

Aku menggeleng cepat. "Tidak Justin, ini sudah selesai, kurasa tak perlu memakai itu" ujarku setelah itu aku mematikan kompor.

Dia meletakkan kembali apron itu di atas lemari. Setelah itu ia kembali menghampiriku dengan mangkuk di tangannya.

"Kalau begitu biar aku saja yang menyiapkan ini semua, duduklah di sana" perintahnya dan menunjuk kursi di ruang makan.

Lagi-lagi aku menggeleng dan ia langsung menatapku. "Seharusnya kau yang duduk, biar aku saja yang menyiapkan. Ayolah, anggap saja aku melakukan ini sebagai tanda terimakasihku pada Kendal" Ujarku memohon.

"Tidak, kau adalah tamu. Menurutlah" protesnya dengan nada datar. Ia mulai memindahkan masakan itu ke mangkuk.

Namun aku segera menahan tangannya, dan diapun berhenti. "Aku ingin membantumu, sini mangkuknya, biar aku saja"

"Keras kepala" gumamnya terdengar jelas di telingaku. Oh aku tak terima, bukankan dia yang keras kepala?

"Kau juga" balasku tak mau kalah. Justin hanya diam dan tetap melanjutkannya.

Aku menghela berat dan menjauh dari pria berhoodie berwujud es itu. Aku memutuskan untuk mempersiapkan peralatan makan saja. Segera kuambil piring dan gelas dari rak dan membawanya ke meja makan. Sialnya aku, tiba-tiba kaki ku tersandung kaki kursi membuatku kehilangan keseimbangan dan..pasti kau tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Ya, aku jatuh tersungkur dan jangan lupakan dengan piring dan gelas yang kubawa tadi, semua pecah berkeping-keping. Sialnya lagi pecahan piring itu menggores dahi ku dalam. Saat itu juga Justin mendekatiku yang masih meringis kesakitan. Ia membantuku berdiri  dan mendudukkanku di kursi.

"Sudah kubilang duduklah, tapi kau tetap saja keras kepala, begini kan jadinya" Justin mengomel setelah ia menyuruh diriku ke kursi dan duduk di sampingku.  Aku tak menjawabnya karena masih menahan rasa perih di dahi yang terus mengeluarkan darah.

My Sweatheart Justin Where stories live. Discover now