Chapter 15

70 5 0
                                    

Sinar matahari menembus jendela kamar hotel dan menusuk kulit wajahku. Perlahan aku membuka mataku dan kudapati seorang anak kecil yang tengah duduk dipinggir kasur sambil melamun.

"Jaxon?" Panggilku. Dia tak menoleh melainkan menatap lurus kedepan entah apa yang dilihatnya.

"Hai sayang kau sudah bangun?" ucapku kembali lalu ia menoleh kearahku dengan tatapan datarnya. Ia masih tak menjawab pertanyaanku lalu dia membuang tatapannya kembali. Ada apa dengannya? Dia menjadi pendiam sekarang. Aku rindu padanya. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengan adikku ini. Tidak mungkin jika mom mengajari Jaxon untuk melupakanku.

"Jaxon, dengar tidak? Apa kau tak merindukanku?" Ucapku mendekatinya.
Belum sempat aku merangkulnya, dia menjauh dan berdiri di pojok dinding. Tidak lama dia menangis dengan kencang membuatku panik dan menghampirinya.

"Kenapa menangis? Sssstt... Ada apa sayang?" Ucapku menenangkannya. Saat itu juga dia langsung memelukku dengan erat.

"Aku takut dengan penjahat itu" ucapnya gemetar. Aku mengelus pundaknya. Kurasa dia trauma dengan insident tadi malam. "Jangan takut, kakak disini sayang. Mereka tidak akan mengganggumu lagi." Ucapku sembari mencium pucuk kepalanya. Aku sangat menyayangi Jaxon sama seperti Jazmyn. Kami terpisah karena mom dan dad bercerai.

"Aku ingin mom" rengeknya padaku. Aku tidak mungkin membawanya kembali ke Canada untuk menemui mom. Aku takut jika penjahat itu masih mengincar Jaxon.

"Kita akan ketemu mom nanti. Ayo mandi dulu, setelah itu makan. Baru kita ketemu mom" ucapku berbohong padanya agar dia berhenti menangis. Sebenarnya aku tidak tega membohongi adikku sendiri. Dia tersenyum lebar lalu memasuki kamar mandi.

------

"Selesaii!!!" Teriak Jaxon girang setelah selesai mandi. Aku memberikan handuk untuknya. Senyumnya terlihat jelas membuatku tenang melihatnya. Aku merindukan senyumannya.

"Pakai ini dulu untuk sementara waktu" ucapku menyodorkan baju bekas dipakainya tadi. Dia mengangguk lalu memakainya. "Diluar sangat dingin. Pakailah Jaket." Ucapku menyodorkan jaket yang kubelikan tadi malam.

"Kak, aku lapar" ucapnya setelah selesai memakai baju dan celana.

"Ayo keluar, kita cari makan" ajakku sambil mengambil ranselku lalu menggandeng Jaxon keluar dari kamar hotel.

***

Gadis berambut pirang itu sedang menyingkirkan tumpukan salju yang menebal dihalaman rumahnya dengan sekop, dengan tatapan kosongnya ia terus melakukan aktivitasnya. Hari ini dia libur bekerja, karena restauran hari ini tutup. Mr. Jared sedang ada rapat besar. Selena hanya menghabiskan waktunya dirumah saja. Berbeda dengan Jules, meskipun badai salju turun, jika ia libur bekerja dia akan tetap jalan-jalan mengunjungi tempat wisata terbaik di LosAngeles, tentunya bersama kekasihnya, Roney.

"Hai Mrs.Gomez, sedang melamunkan apa?
Ucap Mrs. Sean dari rumahnya membuyarkan lamunan Selena. Wanita paruh baya itu juga sedang membersihkan salju yang menutupi halaman ditaman depan rumahnya.

"Ah ya Mrs.Sean, aku hanya sedikit berfikir"

"Memikirkan tagihan listrik?" Ledeknya membuat gadis berambut coklat gelap itu tertawa.

"Kau benar Mrs.Sean," ucapnya berbohong. Padahal dia sedang memikirkan hal yg tak terlalu penting. Tapi mengapa sampai seperti ini?

"Mainlah kerumahku, nanti malam ada pesta besar dirumahku."

"Benarkah? Ada acara apa Mrs.Sean?"

"Acara tahunan, aku mengundang teman lamaku untuk menghadiri pesta dan makan bersama. Kau boleh datang sayang." Ucap Mrs.Sean tersenyum ramah terhadapnya. Dia sangat menyayangi Selena dan sudah menganggap Selena sebagai anaknya sendiri.

My Sweatheart Justin Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ