Chapter 17

89 5 0
                                    

Selena's POV

Aku memberhentikan langkahku secara tiba-tiba, seorang Justin baru saja meminta maaf padaku. Apakah pendengaranku rusak?

"Untuk apa" ketusku kali ini. Justin sepertinya menyadari perubahan sikapku. Terlihat dari wajahnya yang berbeda dari biasanya, bukan dingin atau datar lagi. Tapi seolah olah ingin berbicara denganku.

"Selama ini aku selalu bersikap dingin padamu, aku juga tidak pernah menghargai setiap ucapanmu" ucap Justin dengan serius sambil menatap jalan didepannya yang dipenuhi oleh salju.

"Tak apa, aku sudah biasa" ketusku lagi. Kali ini aku ingin mengerjai pria berhoodie itu, mungkin sangat seru jika aku berpura-pura ketus padanya. "Hargailah seseorang jika ingin dihargai kembali" sambungku datar.

"Kau benar, selama ini aku salah" ucap Justin sambil mengalihkan pandangannya dari jalan dan beralih menatapku. Sungguh kali ini dia berbeda jika bersikap seperti ini. Bukan lagi sikap datar dan dingin yang kulihat setiap bertemu dengannya. Aku masih menatap iris mata hazelnya yang selalu membuat hatiku merasa tenang saat aku memandangnya. 

"Aku mempunyai latar belakang kehidupan yang suram hingga sekarang membuatku selalu bersikap dingin pada semua orang, terutama dirimu"  ucapnya lagi dengan menatapku lekat. Aku semakin tak berdaya jika matanya terus menatapku. Segera kualihkan pandanganku dari matanya menuju kebawah melihat tumpukan salju yang terinjak olehku.

"Tempat ini kurang nyaman untuk mengobrol, kita sedang berada dijalanan. Lebih baik mencari tempat yang cocok" ucapku padanya. Justin mengangguk dan berjalan mendahuluiku.

Kami berhenti disebuah gubuk, tempat untuk bersantai saat musim salju. Tempat itu lengkap dengan perapian dan tempat duduk dan bebas untuk dikunjungi oleh siapapun. Justin menyuruhku duluan untuk memasuki gubuk  dan ia membuntutiku. Moment yang tepat, gubuk itu sedang tidak ada pengunjung dan hanya ada aku dan Justin saja. Aku duduk dan diikuti oleh Justin yg telah duduk di sampingku.

"Justin, bisakah kau menceritakan latar belakang kehidupanmu dulu?" Pintaku saat moment canggung menghantui kami berdua. Justin menghembuskan nafasnya dengan kasar. Aku yakin pasti dia tidak akan mau bercerita. Kurasa benar saat ini Justin hanya diam, apa pertanyaanku salah sehingga membuatnya diam mematung.

"Aku hanya rindu keluargaku Yang dulu, aku ingin mom dan dad bersatu kembali. Diriku buruk, sangat buruk. Aku belum bisa mencari uang untuk menghidupi kedua adikku semenjak mereka berpisah. Aku hanya bisa menyusahkan sahabatku." Jelas Justin dan aku memahami maksud perkataannya.

"Aku membenci orang yang sudah membuat keluargaku menjadi berantakan seperti ini. Aku bersumpah jika aku menemukannya, akan kupastikan dia hancur ditanganku." Justin kembali berucap sambil mengepalkan tangannya penuh amarah. Disaat inilah aku memahami semuanya, jadi ini yang membuatnya selalu bersikap dingin kepada semua orang atau memang itu sifat sebenarnya.

"Aku mengerti maksudmu, dan aku juga ikut merasakan bagaimana jika aku berada diposisimu. Tekanan batin, itulah yang sedang kau rasakan saat ini." Ucapku menenangkan pria itu. Aku ingin lebih tau secara detail tentang masalahnya. Entah mengapa diriku ingin ikut menyelesaikan permasalahan yang menimpa Justin.

"Sampai saat ini aku belum menemukan orang yang sudah menuduh dadku yang sudah menghanguskan uang perusahaan terbesar di LosAngeles. Saat itu dad tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba segerombolan polisi datang diperusahaan dadku yang saat itu sedang mengadakan rapat antar perusahaan terbesar di LosAngeles. dan tanpa mendengarkan penjelesan dari dad, polisi itu langsung memenjarakan dad. Sungguh aneh. Kau tau setelah itu momku meminta dad untuk menceraikannya, disaat itulah aku berpisah dari momku dan aku memilih untuk ikut bersama dad. Dan saat ini keluarga kami tak memiliki harta sepeserpun. Semua hangus, rumah, mobil, perusahaan, semuanya hilang.  bahkan jika tidak ada dia,  mungkin aku sudah menjadi seorang gelandangan. Sekarang aku tinggal bersama dia dengan kedua adikku." Jelasnya lagi dan membuatku tersentuh saat mendengarkannya.

My Sweatheart Justin Where stories live. Discover now