Suasana ruangan berdebu itu terlihat remang-remang karena hanya diterangi sebuah lampu redup. Didalamnya terdapat tiga orang yang sedang menikmati Champagne dan sudah menghabiskan beberapa botol. Salah seorang menghisap rokoknya dengan asap yang terus mengepul.
"Lebih baik lupakan gadis itu Chris. Tujuan kita menghancurkan Justin bukan?" Salah satu dari mereka membuka suara seraya mengambil satu botol Champagne dan meneguknya.
"Kau bisa menyuruhku menghancurkan Justin, tapi tidak dengan melepaskan gadisku begitu saja Whiz" Chris menatap tajam ke arah pria yang bernama Whiskos itu.
Whiskos menyeringai lantas menghisap rokoknya kembali. "Apa untungnya kau menyukai gadis lusuh sepertinya. Oh ayolah, wanita malam lebih menarik daripada gadis itu" ujarnya terdengar meledek.
Telinga Chris memanas dan ingin menendang wajah temannya itu. "Dengar, aku tertarik padanya, dan jangan pernah kau menghinanya mengerti!" Bantahnya tak terima.
"Lalu apa rencanamu. Apa kau hanya diam saja. Ah soal kamera CCTV, kenapa kau tak membuangnya saja" Ujar nya menyarankan Chris.
"Tidak. Aku tidak akan membuatnya. Aku akan menghancurkannya" Balasnya dengan mata memerah.
"Aku akan terus mencari cara agar aku bisa menculik gadisku lagi" Ujarnya lagi tersenyum licik.
Mata Whizkos memicing. "Lantas bagaimana dengan gadis yang bernama Jules? Kau sudah mengamankannya atau kau membiarkan ia mengetahui hal ini begitu saja tanpa mengancamnya?" Tanya pria bernama Whiskos itu yang kini kembali meneguk satu botol Champagne.
Chris tersenyum licik. "Tentu saja ku ancam. Dia begitu takut padaku ketika pistol kesayanganku ini mengarah di kepalanya." Chris mengusap lembut benda yang ada ditangannya itu.
"Lalu?"
"Aku mengatakan padanya jika ia sampai buka mulut, aku tak akan segan-segan membunuhnya. Selesai." Chris kembali menyeringai mengerikan.
Whizkos memberi apresiasi kepada temannya itu. "Bagus, setidaknya kau berperan penting dalam hal ini. Dan.. Oh, lihatlah William, dia tinggal terima beres saja tanpa membantu kita. Dasar pemalas" Whizkos menendang pria yang tertidur pulas di sofa. Sedangkan William hanya menggeliat dan tak perduli dengan ocehan Whizkos.
Flashback on
Chris's POV
Aku menunggu gadisku tepat di gang arah rumahnya, sungguh aku mengagumi parasnya. Hari ini aku ingin mengambilnya dari Justin dan menjadikan dirinya sebagai kekasihku. Sudah tiba saatnya gadis yang kutunggu akhirnya muncul dengan gadis berambut blonde. Kurasa gadis itu yang memeluknya tadi.
Aku muncul dari persembunyianku saat teman si gadisku memasuki gang kecil tak jauh dari kedua anak buahku yang sudah stay di gang lainnya. Bagus, sekarang gadisku berjalan sendiri. Ini waktunya.
Aku berjalan membuntuti dari belakang gadis itu. Entah aku tak mengetahui namanya, itu tak penting. Dia menjadi milikku baru itu penting. Aku sudah dekat dengannya dan detik itu juga aku hanya melewati dia yang berhenti tiba-tiba sambil menutupi matanya dengan kedua tangan. Kurasa dia takut. Oh, maafkan aku baby, aku sudah membuatmu takut. Tapi aku hanya ingin misi ini berjalan lancar sesuai dengan rencanaku.
Setelah melewati dirinya yang masih diam ketakutan tanpa membuka kedua matanya, aku segera berlari bergabung dengan kedua anak buahku yang masih menunggu gadis itu memasuki gang ini dan berpencar dari mereka. Shit!
Aku mengumpat saat gadis itu tak ada ditempatnya. Aku menggeram frustasi dan akan mengutuk suara dentuman tadi yang sempat mengalihkan pandanganku dari gadisku. Lihatlah sekarang, dia sudah tak ada. Aku menendang batu dibawah kakiku sekencang mungkin meluapkan rasa emosiku. Aku gagal.
YOU ARE READING
My Sweatheart Justin
RomanceAku seorang gadis dengan pekerjaan paruh waktu. Kisahku menyedihkan dan hanya tinggal dengan seorang ayah. Selena Marie Gomez. Kau tak perlu tahu tentangku. Aku hanyalah seorang pria brengsek yang dingin dan selalu menyakitimu. Justin Drew Bieber.