6-Rumah Mertua

1.2K 113 8
                                    

Jevan membawa kuda besi nya kembali ke rumah milik orang tuanya. Jadi dapat dipastikan saat ini Jevan dan Veyla tengah berkunjung ke rumah orang tua Jevan setelah selesai berjalan-jalan pagi.

Rumah Jevan masih seperti dulu, bermodelkan klasik dengan beberapa barang antik yang memberi kesan cantik pada ruangan.

Kunjungan ke rumah Jevan ini adalah kali pertama bagi Veyla setelah ia sah menjadi istri Jevan. Bahkan saat mereka berpacaran pun Jevan sangat jarang mengajak Veyla ke rumah nya, hampir tidak pernah lebih tepatnya.

Jevan memang orangnya setertutup itu dengan orang sekalipun itu adalah orang tuanya. Tetapi itu dulu, sekarang Jevan lebih terbuka dengan orang walau hanya sedikit. Itupun merupakan kemajuan yang sangat pesat bagi Veyla selaku pacar pertama Jevan yang sekarang sudah menyandang status istri dari lelaki itu.

Jevan dan Veyla menyalimi tangan Pedro dan Desy secara bergantian. Kedatangan mantu dan anak semata wayang nya itupun di sambut hangat oleh Pedro dan Desy.

"Akhirnya kamu main juga kesini, nak." Desy mengelus rambut kecoklatan milik Veyla ketika perempuan itu menunduk kan sedikit tubuhnya untuk mencium punggung tangan sang mertua.

Mendengar hal itu, sontak Veyla terkekeh, "Maaf Ma, Veyla baru bisa main ke rumah Mama sama Papa sekarang." Sahut nya merasa bersalah.

"No problem Vey. Lagi pula kamu juga sibuk kan di Jerman? Jadi kami bisa memahami itu."

Veyla menganggukkan kepalanya kecil seraya mengumbar senyum pada dua orang yang telah berumur di depan nya.

Veyla melirik sedikit ke arah Jevan yang tak mengeluarkan suara di samping nya. Lalu pandangannya beralih ke arah Pedro yang sedikit mengeluarkan Kemenhan dari mulutnya ketika melihat pemandangan yang amat menakjubkan baginya.

"Sepertinya suamimu itu sangat takut kehilanganmu." Pedro menunjuk sesuatu menggunakan dagu nya yang membuat Veyla mengikuti arah dagu Pedro.

Dan ternyata tautan tangan yang belum juga lepas yang di maksud Pedro.

Menyadari hal itu, Veyla langsung menarik tangan nya dari tautan tangan Jevan, namun bukannya melepaskan Jevan malah semakin menggenggam erat tangan putih tersebut.

Veyla kini menatap ke arah Jevan yang masih berdiri di samping nya dengan memasang wajah santai. Merasa di perhatikan, Jevan pun menolehkan kepalanya ke arah Veyla sebentar lalu kembali menatap Pedro.

"Apa yang salah dengan genggaman tangan ini? Toh, juga udah sah." Ucap Jevan sedikit dingin yang membuat Desy dan Pedro saling melempar tatapan lalu terkekeh sebentar.

Keempat orang itu kini mulai beranjak dari ambang pintu menuju ke arah ruang tamu untuk berbincang-bincang hangat mengenai sekolah Veyla di Jerman, perusahaan Pedro yang sekarang di kelola Jevan, dan masih banyak lagi.

Terkadang mereka sesekali menyemburkan tawa karena topik pembicaraan yang sedikit humoris. Mereka terlalu asyik berbincang-bincang hingga tak sadar jika jam makan siang sudah tiba.

Karena Desy tengah menginginkan seorang partner untuk menemaninya di dapur, ia pun meminta Veyla untuk menjadi seorang partner tersebut.

Dengan senang hati Veyla menerima ajakan sang mertua tersebut, namun baru saja Veyla angkat bokong dari tempat duduknya, Jevan menahan tangannya yang membuatnya kembali jatuh terduduk di sofa.

"Mau kemana?" Jevan melemparkan tatapan penuh tanya pada Veyla dengan diiringi nada intimidasi.

Baru saja Veyla membuka mulutnya berniat untuk menjelaskan kepada Jevan, Desy langsung memotongnya dan menerangkan kepada sang anak bahwa menantunya tersebut ingin membantu dirinya memasak di dapur.

Stay Donde viven las historias. Descúbrelo ahora