28-Lara

325 40 12
                                    

Now playing : Lara - Dialog Senja🎶

Senja menjadi saksi bagaimana bungkamnya seorang wanita bernama Veylania Callista. Wanita yang selalu berusaha terlihat kuat di depan semua orang ketika suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja kini tak bisa lagi menyembunyikan betapa rapuhnya ia.

Sepanjang perjalanan menuju pulang ke rumahnya bersama Caca, Veyla terus menatap jalan raya yang terlihat ramai dari kaca jendela mobil dengan tatapan kosong.

Walaupun ia sudah diajak ke Mall, cafe, dan berbagai macam rumah makan oleh Caca agar tak terlalu memikirkan tentang Jevan yang pergi tanpa pamit ke Amerika, tetap saja Veyla tak dapat mengusir berbagai macam pikiran buruk mengenai hal itu. Terlebih lagi saat mendapat sebuah pesan yang dituliskan oleh seseorang bernama Ameetha yang Veyla yakini adalah wanita yang selalu membuat Jevan kembali ke negeri Paman Sam.

Sebuah pesan yang terdiri dari dua kalimat itu membuat Veyla berpikiran bagaimana jika kedatangan Ameetha ke Indonesia untuk mengiyakan semua praduga Veyla selama ini? Jika benar, sungguh Veyla tak akan kuat mendengarnya.

Memikirkan hal itu lagi dan lagi membuat setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Veyla. Mengapa kisah cintanya dengan Jevan tak bisa seindah orang lain? Apa cintanya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan? Jika iya, mengapa Jevan tak memberitahunya dari awal? Mengapa lelaki itu memilih menyiksa Veyla secara perlahan seperti ini?

Sebuah usapan lembut terasa di kulit Veyla untuk menghapus air mata yang kembali jatuh ke pipinya. Itu Caca, sahabatnya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan tak tega.

"Udah, Vey. Jangan terlalu dipikirin," ucap Caca berusaha menenangkan Veyla yang seharian ini memasang wajah murungnya dan banyak melamun.

Veyla menoleh ke arah Caca yang sedang menatapnya lalu menurunkan tangan sahabatnya tersebut dari pipinya sembari memunculkan senyum tipis. Kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah jalan raya yang sedang dilanda indahnya pesona senja.

"Apa seharusnya diakhiri saja permainan cinta ini?" tanya Veyla dengan dirinya sendiri dengan senyum getir dan tatapan yang kini tertuju pada langit senja yang semakin menampakkan keindahannya. Hal ini tentunya menjadi momen yang paling dinantikan oleh penikmat senja yang ada di luar sana. Tapi bagi Veyla, senja kali ini sangat kelabu.

Beberapa detik larut dalam diam, tiba-tiba ponselnya yang berada di atas dashboard mobil Caca berbunyi yang menandakan jika ada sebuah pesan masuk.

Dengan gerakan malas, Veyla membuka layar handphone-nya lalu membaca pesan masuk yang diberikan oleh mantan yang kini telah insyaf dari sifat ba*ingannya.

Hallo, Vey. Maaf ganggu. Besok lo ada di rumah? Ada yg mau gue kasih ke lo dan Jevan (kalau ada).

Daniel

Setelah membaca pesan tersebut, Veyla langsung mematikan layar ponselnya kemudian membuang napas begitu berat sambil kembali mengalihkan perhatiannya pada jalan raya dengan tatapan kosong.

Caca yang sedari tadi berusaha menahan rasa penasaran pun akhirnya angkat bicara. "Dari siapa, Vey?"

Veyla menggelengkan kepalanya seolah-olah mengatakan pada Caca jika orang yang mengirimkan pesan barusan padanya bukanlah orang yang sangat penting.

Dan memang, Daniel bukan orang penting lagi di hidupnya.

***

Getaran yang berasal dari balik bantal empuknya membuat Veyla secara perlahan membuka kedua mata hazelnya. Dengan perlahan, wanita itu bangun dari tidurnya dengan mata yang sedikit sembab dan rambut coklatnya yang sedikit berantakan.

Stay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang