10-Suara Peretak Hati

958 77 4
                                    

Play now:
My Heart- Acha Septriasa ft Irwansyah🎶


Malam telah merundungi langit ibu kota yang masih ramai dengan segala hiruk pikuknya. Di sebuah balkon kamar rumah besar berwarna putih kala itu terdapat seorang perempuan berambut kecoklatan yang tengah menikmati semilir angin malam sambil mendengarkan lantunan suara dari telfon genggamnya.

Perempuan bernama Veylania Callista itu terus mengembangkan senyumnya ketika suara dari Jevan yang sedang mencoba merayu dirinya terdengar begitu menggelitik di telinga Veyla.

"Kenapa kamu nyamain aku sama bulan? Kan bulan itu menerangi seluruh umat manusia saat malam, emang kamu mau bagi-bagi pesona aku ke seluruh umat manusia?"

Terdengar di seberang sana Jevan tengah berdecak, "Ya nggak lah! Kalau bulan yang ini beda, khusus aku tempatkan di hati aku aja."

Veyla mengembangkan senyumnya terus menerus hingga sederetan gigi putihnya terlihat, "Gombal banget, ih!" Sahutnya sedikit ketus membuat Jevan yang ada di seberang sana tertawa renyah.

"Kangen aku gak?"

Veyla mengulum senyumnya, "Enggak."

"Enggak salah lagi kan?" Goda Jevan terus menerus yang membuat Veyla gemas dengannya. Jika saja lelaki itu berada di sampingnya, mungkin Veyla sudah memberikan cubitan mautnya.

"Apaan sih."

"Kalau bilang 'apaan sih' biasanya lagi salting."

"Ih, enggak ya. Mana pernah aku kayak gitu." Elak Veyla dengan wajah cemberut. Beberapa detik keduanya terdiam sebelum Veyla memanggil lelaki itu kembali. "Van?" Kali ini Veyla memanggil Jevan dengan nada serius.

"Iya, sweet. Kenapa?"

Veyla terdiam sebentar. Ia menimbang-nimbang dengan pertanyaannya kali ini. Di satu sisi ia ingin sekali mengetahui jawabannya, tetapi di sisi yang lain Veyla tak ingin mengungkit persoalan ini lagi disaat keadaan keduanya mulai membaik.

Veyla menghela nafasnya, "Kamu sibuk banget ya sampai harus balik ke Amrik lagi disaat kita quality time?" Tanya Veyla sedikit sedih mengingat kepergian Jevan yang begitu mendadak.

"Aku minta maaf ya, Vey. Aku lupa kalau aku banyak jadwal meeting dengan klien. Harusnya aku memberitahu kamu sebelum kita liburan bareng kemarin supaya kamu gak kecewa gini." Sahut Jevan lembut diselingi dengan penyesalan.

Bahkan pertemuan kita yang baru beberapa hari kemarin aja nggak pantas disebut liburan, Van. Veyla membatin dalam hati yang membuatnya semakin sedih, tetapi ia berusaha mengeluarkan senyumannya untuk menutupi rasa sedihnya itu.

"Yaudah kalau gitu kamu--"

"Van!" bukan, itu bukan suara dari Veyla. Suara tersebut berasal dari seberang sana yang terdengar cukup jauh namun masih dapat terdengar. Bahkan telfon Veyla masih dapat menangkap suara tersebut.

Stay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang