7-Perginya Jevan

924 96 27
                                    

Veyla kembali ke rumahnya pada pukul lima sore setelah memuaskan dirinya untuk bermain di rumah mertua. Veyla turun dari mobil Pedro dengan senyum lesu dan lambaian tangan yang pelan. Pikirannya seharian ini berkeliaran ke arah yang tidak-tidak, apalagi ini menyangkut tentang Jevan.

Perempuan berambut coklat ini telah beberapa kali menghubungi Jevan namun ujung-ujungnya selalu suara operator yang menjawab.

Veyla menghembuskan nafasnya secara perlahan sambil menunduk meratapi kakinya yang masih berpijak di aspal depan pagar rumahnya. Beberapa detik kemudian, ia mengangkat kepalanya guna memastikan mobil Pedro benar-benar sudah tak berada lagi di area komplek rumahnya.

Veyla kini membalikkan badannya secara perlahan lalu tangan putihnya terulur untuk membuka pagar berwarna hitam yang ada di hadapannya. Dia berjalan begitu lamban dengan pikiran yang entah kemana sampai-sampai tak menyadari jika saat ini ia sedang berpapasan dengan sang Ayah.

"Kamu kok baru pulang, Vey?" Pertanyaan yang dilontarkan sang ayah sontak membuat Veyla menoleh ke arah sumber suara.

"E-Eh.. Ayah.." sahut Veyla gagu lalu mengambil tangan kanan Rio untuk ia cium punggung tangannya.

Rio tersenyum, lalu tangannya yang sudah mulai berkeriput terulur untuk mengusap puncak kepala Veyla dengan penuh kasih sayang. Beberapa detik salaman itu terjadi sampai Veyla melepaskan genggaman tangannya Dari sang ayah.

"Ayah, Jevan ada gak di dalam?" Veyla akhirnya berani mempertanyakan hal tersebut setelah beradu argumen dengan pikiran dan hatinya. Sebenarnya jika ia menanyakan hal ini pada Rio sangat wajar, toh Jevan dengan Veyla juga sudah berstatus sebagai suami istri.

Namun Veyla takut jika ia bertanya seperti itu orang tuanya akan berpikiran yang tidak-tidak untuk hubungan mereka berdua. Veyla tak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir, karena yang boleh merasakan hal itu hanyalah dirinya yang selalu mengkhawatirkan kondisi dan keberadaan sang suami.

Rio mengerutkan dahinya sedikit. "Loh, emangnya dia gak bilang sama kamu?" Pertanyaan balik yang dilontarkan Rio sontak membuat Veyla berpikir ambigu. Refleks Veyla menggelengkan kepalanya pelan.

Gak bilang? Bilang apa?

"Coba kamu cek ke dalam." Perintah Rio yang langsung membuat langkah Veyla berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Ia berjalan sedikit terburu-buru karena saking tak sabarnya dengan pertanyaan Rio yang membuatnya ambigu barusan. Veyla kini  telah menapakkan kakinya di anak tangga yang artinya tinggal beberapa langkah lagi dirinya akan sampai ke dalam kamarnya yang akan menjawab keberadaan Jevan. Itupun kalau dia ada.

Ketika Veyla telah berada di depan pintu kamarnya, dengan harap-harap cemas Veyla membuka pintu berwarna coklat tersebut. Hal pertama yang  menyambut kedatangannya hanyalah senyap. Di dalam kamar itu Veyla tak mendapati Jevan.

Langkahnya pun ia semakin bawa masuk  untuk meneliti sudut-sudut ruangan kamar, tetapi hasilnya nihil. Saat kedua bola matanya sibuk menyapu bersih ruang kamar itu, tangannya secara tak sengaja menyentuh sebuah kertas yang tergeletak begitu saja di atas ranjang.

Hal tersebut tentu saja menarik perhatian Veyla. Wanita itu kini mendudukkan bokongnya di tepi ranjang sembari meraih kertas putih bergaris yang di atasnya sudah disuguhi oleh tinta hitam. Veyla membaca kata demi kata yang ada di kertas itu hingga ia terdiam beberapa saat.

To: my wife

Maaf tak memberikan kabar apapun kepadamu. Hari ini ada masalaha sedikit di perusahaan Papa yang ada di Amerika, maka dari itu dengan sangat terpaksa aku harus kembali ke Amrik lebih awal.

Stay Where stories live. Discover now