25-Ketika Hati Sudah Mulai Menyerah

398 52 14
                                    

"Apa yang kamu asumsikan dari yang kamu lihat kemarin di Amerika itu semua salah. Aku nggak ada hubungan sama sekali sama perempuan yang bernama Ameetha itu," ucap Jevan sembari menahan lengan Veyla ketika kuda besinya telah berhasil membawa mereka ke depan rumah Veyla.

Kali ini, Jevan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menjelaskan semuanya pada Veyla. Sudah saatnya ia meluruskan kesalahpahaman yang ada. Ia tak ingin semua ini semakin berlarut-larut berakhir dengan hal yang tidak diinginkan.

Dan semoga, Veyla mau mendengarkan penjelasannya kali ini.

"Kalau memang nggak ada hubungan apa-apa, kenapa harus meluk dia kayak gitu?" tanya Veyla yang kini sudah menatap ke arah Jevan dengan tatapan penuh luka yang membuat pria itu diam.

"Sekarang, jika kamu yang ada di posisi aku, apa kamu nggak akan berasumsi seperti yang aku lakukan sekarang? Bayangkan jika aku yang ngelakuin hal itu ketika kita sedang melakukan hubungan jarak jauh, lalu kamu bela-belain nyamperin aku dengan menempuh waktu berjam-jam hanya untuk merayakan anniversary pernikahan kita, tapi saat kamu sampai di tempat tinggal aku, kamu lihat aku meluk laki-laki lain. Gimana perasaan kamu, Van?" tanya Veyla lagi dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

Jika sudah begini, Jevan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dirinya memang terluka ketika Veyla marah dan mengacuhkannya. Namun, ia lebih terluka ketika melihat belahan jiwanya menangis karena perbuatan dirinya.

"It's hurt. Semua waktu yang kamu luangkan akhirnya berakhir sia-sia. Bahkan, kalaupun kamu masih ingin berpikir positif atas apa yang kamu lihat, kamu bakal butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan yang hancur dengan mudahnya hanya gara-gara hal tersebut," sambung wanita itu yang membuat Jevan perlahan melepaskan cekalannya dari lengan Veyla.

Benteng yang ia bangun begitu kokoh untuk melindungi hatinya yang mulai remuk itu seketika runtuh saat mendengar ucapan Veyla, istrinya.

Jevan tahu betul ia melakukan kesalahan besar karena sudah memeluk Ameetha saat itu. Ia mungkin akan mempunyai pikiran yang sama dengan Veyla ketika melihat hal itu. Namun, setidaknya Jevan akan mendengarkan penjelasan Veyla terlebih dahulu jika hal itu terjadi padanya.

Ia akan memberi ruang untuk Veyla menjelaskan semuanya agar tak terjadi kesalahpahaman.

Hanya satu hal yang membuat harapannya pupus ketika Veyla membahas tentang kepercayaan di dalam ucapannya barusan.

Jadi, Veyla sudah hilang kepercayaan sama aku? batin Jevan sambil terus menatap punggung Veyla yang mulai menjauh darinya dengan tatapan nanar.

Veylania Callista, apakah memang tak ada lagi ruang maaf untukku?

Saat tatapannya tak kunjung lepas dari punggung Veyla, tiba-tiba ponselnya yang berada di dalam saku celana berdering menandakan jika ada sebuah panggilan telepon masuk.

Dengan segera Jevan merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel berwarna silver berlogo apel gigit itu. Kemudian mengernyitkan keningnya sedikit ketika mendapati nama Ameetha terpampang nyata di layar handphone-nya.

Jevan sempat mengalihkan pandangannya sebentar ke arah Veyla yang masih pada posisinya. Setelah itu, ia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, Tha?"

"Van, gue harap lo mengerti keadaan saat ini dan berhenti menunda-nunda kembalinya lo ke Amerika. Para klien akan membatalkan perjanjian kalau lo kayak gini terus." Jevan mengembuskan napas beratnya secara perlahan sambil mengalihkan pandangannya ke arah Veyla yang masih setia berdiri di tempatnya.

Sebenarnya, Ameetha sudah mengingatkan hal ini berulang kali. Namun, Jevan tetap kekeuh pada pendiriannya untuk tetap di sini sampai kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Veyla selesai dan hubungan mereka kembali membaik seperti sedia kala.

Stay Where stories live. Discover now