20-Cerai?

939 92 21
                                    

Jerman adalah negara sekaligus tempat pertama yang akan Jevan datangi untuk menemui sang istri, Veylania Callista.

Perjalanan selama kurang lebih 10 jam lamanya ia lewati tak membekaskan rasa lelah di tubuh Jevan karena rasa bersalah sekaligus rindunya lebih besar dari pada penat yang ia rasakan ketika mengalami perjalanan panjang tersebut.

Sampai sekarang, ponsel Veyla tak dapat dihubungi oleh Jevan. Semenjak kejadian di mana Veyla mendengar percakapannya dengan Ameetha, nomor milik wanita tersebut tidak aktif barang sekali. Jevan sebenarnya ingin menanyakan hal itu pada Jack, tetapi ia takut akan membuat pria berumur itu ikut kepikiran dengan kondisi rumah tangga mereka yang akhir-akhir ini merenggang.

Dan semua itu diakibatkan dari sebuah kesalah pahaman.

Saat ini, Jevan tengah berada di dalam sebuah taksi yang siap mengantarnya ke alamat rumah Jack. Jevan mengedarkan pandangannya ke arah jalanan Berlin dari balik kaca jendela taksi yang hari ini cukup ramai. Barangkali Veyla tengah berada di antara ke ramaian tersebut.

Namun, seiring mobil taksi yang terus melaju dan pandangan Jevan yang tak luput sedikit pun dari jalanan kota Berlin, tetap saja laki-laki tersebut tak menemukan keberadaan Veyla.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Jevan. "Maafin aku yang selalu bikin kamu sakit hati, Vey. Aku benar-benar nggak berniat bikin kamu terluka lagi dan lagi." Jevan bermonolog dengan dirinya sendiri lalu mengecek benda pipih berwarna silver miliknya yang sedari tadi berdering.

Uncle Jack missed call (2)

Veyla dengan kau, 'kan? Dia baik-baik saja, 'kan?

Dua panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari Jack muncul di bar notifikasi ponsel milik Jevan yang membuat lelaki itu sedikit kebingungan untuk memberikan jawaban apa dan berakhir dengan membiarkannya saja.

Jevan akan menjelaskan semuanya setelah ia sampai di rumah Jack nanti agar tak terjadi kesalah pahaman lagi.

Beberapa menit berkutat dengan jalanan Berlin yang ramai, kini sebuah taksi yang ditumpangi oleh Jevan melaju ke arah sebuah kompleks rumah yang berada di jantung kota Berlin.

Setelah membayar taksi yang ia tumpangi, Jevan turun dari dalam taksi tersebut dengan pandangan yang tak lepas dari sebuah rumah bernuansa Eropa yang akhir-akhir ini menjadi tempat istirahat sang istri dari sibuknya dunia perkuliahan.

Langkah panjangnya kini ia bawa mendekat ke arah rumah tersebut yang terlihat senyap. Tangan kekarnya kini keluar dari saku hoodie-nya dan bergerak untuk memencet bel rumah tersebut.

Jevan telah siap menerima makian ataupun hal semacamnya dari mulut Jack yang selama Veyla berada di Jerman mengambil peran Rio dalam menjaga wanita tersebut.

Ia berjanji akan bertanggung jawab atas kesalah pahaman yang terjadi saat ini dan akan menyelesaikan masalahnya dengan Veyla secara mandiri dan baik-baik.

Bel rumah sudah ia bunyikan. Tak butuh waktu lama, seorang pria paruh baya yang Jevan kenal adalah paman dari Veyla tersebut kini sudah memunculkan dirinya dengan tatapan tak percaya sekaligus bingung dengan kedatangan Jevan kali ini.

"Jevan? Kau...?" perkataan Jack tergantung ketika tak mendapati Veyla di samping Jevan. "Di mana Veyla?" tanya Jack dengan sedikit kernyitan.

Jevan menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Ada yang saya ingin bicarakan sebentar dengan Paman," ucap Jevan sedikit dingin.

Jack awalnya agak ragu karena ia mencium bau-bau sebuah masalah antara pasangan suami-istri yang baru menjalani bahtera rumah tangga selama satu tahun tersebut. Namun, setelah menimbang-nimbang dan ikut penasaran akan apa yang terjadi di antara mereka, Jack pun mengangguk lalu mempersilahkan Jevan masuk ke dalam rumahnya.

Stay Where stories live. Discover now